Membawa mobil tidak membuatmu bahagia, memiliki banyak emas tidak membuatmu bahagia, memiliki kehidupan yang bahagia adalah kebahagiaan itu sendiri.
Manusia tanpa sadar telah menjadi budak ekonomi yang menuntut mereka harus memiliki barang-barnag mewah untuk menjadi bahagia.
Dalam pemahaman yang kudapatkan, kebahagiaan yang terbesar itu datang dari rasa syukur atas apa yang kita miliki.
Guruku yang terkasih, pernah mengajariku, “Keinginan tidak membuatmu menerima lebih, tetapi menikmati dan mensyukuri apa yang kamu milikilah yang akan memberikanmu lebih.”
Hal ini sulit kuterima pada saat itu, akan tetapi setelah bertahun-tahun, aku baru memahaminya.
Memiliki banyak keinginan tidak memberikanmu kebahagiaan, pada kenyataannya itu membuat kita tersiksa, menginginkan lebih, selalu merasa kekurangan dan tidak pernah puas. Keinginan memperbudak kita dan menjauhkan kita daripada kebahagiaan. Sedangkan jika dalam hidup ini kita hanya memiliki nasi untuk dimakan tanpa ikan, jika kita bersyukur dan menikmatinya, setidaknya saat kita merasa puas dan dapat tidur nyenyak dengan wajah tersenyum, kebahagiaan itu sudah datang pada kita. Meski orang lain melihat kita serba kekurangan.
Sampai tahap ini mungkin ada yang hendak berkata, “Jika aku tidak memiliki impian tinggi, tidak memiliki keinginan tinggi, bagaimana aku bisa maju?”
Aku hanya ingin berkata dari pengalamanku di usia yang tidak muda lagi, “Memiliki keinginan tidak pernah menjadikanmu kaya. Bahkan semakin besar keinginanmu, semakin jauh kebahagiaan ataupun kesuksesan itu.”
Mengapa demikian? Karena keinginan memang tidak pernah sejalan dengan kesuksesan. Lihatlah begitu banyak—hampir semua—orang yang ingin menjadi kaya, keinginannya bahkan sangat besar hingga bersedia mengorbankan diri, akan tetapi mengapa hanya sedikit yang berhasil?
Jika engkau bertanya dari mana kebahagiaan itu, aku hanya dapat mengatakan jika itu datang dari rasa mensyukuri apapun yang kita miliki. Merasa nyaman dengan diri kita sendiri, merasa nyaman dengan keadaan lingkungan kita, menerima jika di tempat kita inilah dasar kita dan rumah kita untuk mencapai sesuatu yang lebih baik.
Jika kita memiliki istri yang jelek dan sok cantik, syukurilah. Masih banyak jomblo-jomblo yang menderita. Jika kita memiliki orang tua pemarah, keluarga yang tidak mendukung, tidakkah ini sudah saatnya kita mencoba melepas ego kita dan mencoba memahami mereka dengan lebih baik lagi. Setidaknya mereka juga manusia yang memiliki perasaan. Luka, saling mengigit, saling menyakiti, ( demi Tuhan tidak ada orang yang terlahir ingin disakiti atau menyakiti ) semua derita itu lahir karena kita tidak ingin saling memahami.