Mohon tunggu...
Arako
Arako Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Best in citizen journalism K-Award 2019 • Pekerja Teks Komersial • Pawang kucing profesional di kucingdomestik.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mengapa Enggan Berobat, Wahai Pengidap Fobia?

28 Juli 2020   12:28 Diperbarui: 28 Juli 2020   12:25 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada banyak sekali teman dan kenalan saya yang mengidap fobia atau ketakutan irrasional pada sesuatu. Entah objek, orang, hewan, aktivitas, atau situasi. Fobia merupakan salah satu gangguan psikologis dengan berbagai tingkat keparahan. Mengutip situs alodokter dari kemenkes RI, fobia termasuk dalam penyakit gangguan kecemasan. 

Sebagian besar pengidap fobia cenderung menyepelekan gangguan ini. Alih-alih berobat atau menjalani terapi ke profesional, mereka lebih memilih "main  aman" atau berdamai dengan semua ketakutan itu di kehidupan sehari-hari. 

Padahal, di titik tertentu, perilaku pengidap fobia ini bisa sangat mengganggu orang-orang di sekitarnya. Seperti yang saya alami di sebuah WAG baru-baru ini. 

Ada yang mengirim stiker lucu gambar tangan berlumur selai kacang dan dibolong-bolongi. Yang mengejutkan adalah reaksi member grup yang kebetulan pengidap tryphophobia. Si pengidap tersebut emosi bahkan mengeluarkan kata-kata tidak pantas.

Saya mengerti betapa nggak enaknya serangan panik yang dialami si pengidap phobia (saya juga merasa begitu kalau anxiety disorder kumat), namun reaksi berlebihan sampai mengganggu ketentraman WAG tersebut sungguh membuat saya mengerenyitkan dahi.

Pengidap fobia --apapun jenisnya-- adalah minoritas. Pengidap tidak bisa mengontrol apa yang dilakukan orang lain. Betul, pengidap punya penderitaan sendiri saat menghadapi apa yang ditakutkannya. Tapi meminta seluruh dunia agar stop memposting atau membagikan objek pemicu ketakutannya sungguh bukan tindakan bijak. 

Bayangkan kalau pengidap Ailurophobia menuntut orang-orang di seluruh dunia untuk stop berbagi konten kucing. Karena bisa bikin mereka ketakutan, panik, tidak nyaman sampai mual dan berkeringat dingin, misalnya. Wah, bisa-bisa terjadi perang dunia antara Ailurophobia dan Ailurophile. 

Saya menulis ini bukan untuk mendiskreditkan kalian, para pengidap fobia. Namun kalian harus berbesar hati dan mengakui dengan penuh kerendahan hati kalau kalian-lah yang bermasalah. Kalian yang abnormal. Pahit memang, tapi terimalah fakta ini.

Untuk keluarga dan teman-teman dekat, mungkin bisa kalian larang untuk tidak posting atau share hal-hal yang bikin kalian ke-triggered. Tapi orang lain, apalagi yang tidak kalian kenal baik, secara etika tidak pantas. Apalagi kalau kondisinya ybs tidak tahu kalian mengidap fobia tertentu tapi malah dimarah-marahi. That's annoying, really! 

Ketimbang menyalahkan dunia, lakukanlah apa yang kalian bisa untuk mengatasi fobia tersebut. Bisa dengan hide, delete, unfollow, atau block postingan-postingan yang bikin kalian ke-triggered. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun