Mohon tunggu...
Arako
Arako Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Best in citizen journalism K-Award 2019 • Pekerja Teks Komersial • Pawang kucing profesional di kucingdomestik.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Kado Terindah] Maaf dari Surga

13 Oktober 2019   17:06 Diperbarui: 31 Oktober 2019   06:42 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Pinterest/Banarjeeanjana21

Raut wajah Aya seketika berubah. Dia menatap Rafa keheranan. "Lho, Kak Rafa nggak tahu? Sejak kakak pergi dari rumah, ayah juga nggak pernah pulang lagi ... aku sama ibu cuma tinggal berdua selama ini."

Rafa terkesiap. Informasi ini jelas mengejutkannya. Dia tidak pernah tahu, atau lebih tepatnya tak pernah peduli untuk mencari tahu. Rafa pikir hidupnya sudah yang paling menderita. Kabur tanpa arah, hidup terlunta-lunta di jalanan bertahun-tahun. Pindah dari kota satu ke kota lainnya, sebelum akhirnya diselamatkan oleh pasangan lansia baik hati asal Kota Pahlawan yang kemudian merawat Rafa seperti cucu sendiri. 

Namun kini dia sadar. Ibu dan adiknya telah hidup sama menderita dalam kesepian. Rafa bukannya tidak tahu upaya ibu dalam mencarinya. Rafa malah sempat kucing-kucingan dengan orang-orang suruhan ibu yang berniat memaksanya pulang.

Namun Rafa bergeming. Tetap pada keputusannya mengubur masa lalu dan melupakan segalanya, termasuk orang-orang yang paling dicintainya. 

"Kak ..." 

"Ya?"

Aya menatap Rafa dalam-dalam. Sorotnya tenang, namun menuntut. "Sebetulnya ... apa yang terjadi, Kak? Aya masih terlalu kecil saat itu, Aya nggak ingat kenapa kakak pergi, juga ayah. Dan ibu ... sampai nafas terakhirnya tetap menolak memberi tahu Aya apa pun."

Rafa mematung. Pertanyaan Aya seperti membawanya ke ruang sidang di mana ia duduk sebagai pesakitan, menanti diadili.

Aya, wajarlah ibu tak memberi tahu. Asal tahu saja, kakakmu ini adalah manusia paling terkutuk di muka bumi ini. Saat dia mati kelak, neraka pun akan enggan menerima jiwanya ... 

Namun Rafa menyimpan jawaban itu dalam hati saja. "Bisa antar kakak ke makam ibu sekarang?" dia mengalihkan pembicaraan.

Meski kecewa tak mendapat jawaban, Aya tak sampai hati menolak keinginan Rafa.  "Bisa. Tapi tunggu sebentar ya, Kak. Aku ambil kerudung dulu ..."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun