Saya sendiri mengenal istilah Fujoshi sejak tahun 2009 silam. Sudah lama memang. Waktu itu saya mencari informasi tentang dunia gay untuk sebuah kepentingan.Â
Percayalah, sulit sekali mencarinya saat itu karena fenomena LGBT belum se-booming dan seterbuka sekarang. Hasil googling saya saat itu malah menyasar ke forum-forum fujoshi. Menariknya, tak hanya postingan berbahasa Inggris, postingan lokal juga sudah banyak.
Jadi saya juga bingung juga sih kenapa fenomena ini baru "diributkan" sekarang.
Mengapa Makin Banyak Perempuan Menjadi Fujoshi?
Kan aneh. Menjijikkan. Abnormal. Apa Bagusnya? Dan sederet bla bla bla yang lain.
Jawabannya sepele sih menurut saya : Selera.
Seperti yang sudah saya singgung di atas, Boys Love (Yaoi & Shounen Ai) itu "cuma" genre. Kalau mampir ke portal komik-komik online, bisa lihat sendiri kok. Yaoi dan Shounen Ai ini cuma dua dari sekian banyak genre yang ada.Â
Ibarat makanan, ada saja sekelompok manusia yang menggemari jenis-jenis makanan tertentu. Sekalipun makanan itu terlalu ekstrem atau mungkin tidak baik bagi tubuh, tetap saja ada orang-orang teryentu yang menyukainya. Film juga begitu, ada yang suka horor, ada juga yang maniak gore. Selera pribadi orang tidak bisa dipaksakan, bukan?
Karya-karya ini adalah wujud ekspresi dan fantasi liar perempuan, khususnya dalam hal seksualitas. Sudah rahasia umum kalau konten dewasa sasaran pasarnya mayoritas adalah laki-laki, sehingga lebih banyak mengeksplorasi tubuh wanita. Padahal kalau dilihat oleh perempuan jadi terasa memuakkan.Â
Konten Boys Love menjadi oase karena memang cocok dengan selera perempuan (lah yang bikin perempuan kok). Baik dari segi cerita maupun style gambar.Â