Seberapa persen sih dari orang tua zaman sekarang yang mampu mengikuti dunia hobi dan kegemaran anaknya? K-Pop, Anime, Game, Youtuber, Selebgram.
Dunia sudah berbeda, Pak, Bu. Ketimbang menghadang tsunami pakai payung, alangkah lebih bijaknya membekali mereka kemampuan berlayar di tengah badai. Agama, iman, pendidikan moral, cinta, bahasa kasih yang satu frekuensi dengan mereka, sex education. Hal-hal semacam ini mudah-mudahan (amin!) akan membentuk kapal yang tangguh sekaligus menjadi benteng kokoh dari dalam diri mereka sendiri.Â
Bentuklah mereka jadi manusia berkarakter. Ingatkan selalu tentang bermacam wujud badai di dunia luar termasuk tips-tips dan cara menghadapinya. Ajari pula kapan harus melawan dan kapan harus lari. Sehingga ketika ada konten tidak pantas yang kemudian mendadak melintas di depan mereka lewat iklan youtube misalnya, mereka sudah tahu apa yang dilakukan.Â
Mama dan mendiang papa saya tahu saya fujoshi. Tapi mereka bisa bersikap santai, mentok hanya mengingatkan untuk jangan berlebihan sampai lupa waktu. Banyak hal lain untuk diprioritaskan. Mereka santai, karena mereka tahu sudah membekali saya sejak kecil dengan pemahaman agama dan standar moral dalam setiap didikan mereka.Â
Plus kepercayaan bahwa saya sudah dewasa, sudah bisa bertanggung jawab atas apapun yang dilakukan termasuk tahu segala konsekuensinya. Efek samping paling nyata dari kefujoshian saya itu adalah : entah bagaimana, saya jadi jauh menyukai tipe cowok cantik ketimbang yang macho
Fujoshi ini, menurut saya tidak lebih dari sekadar hobi ekstrem.
Tidak menuntut orang lain memahami.
Tidak memaksa orang juga harus mengikuti.
Bisa berbahaya jika tidak cukup nyali maupun kelengkapan atribut safety.
Semua hanya demi kepuasan batin pribadi.
Salam dari Tepian Musi,
Arako.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H