Sama seperti kondisi fisik, ada orang yang fisiknya lemah dan kuat. Jiwa pun begitu, ada yang kuat dan lemah.Â
Mereka yang kondisi psikisnya kuat, tidak sepantasnya mengata-ngatai mereka yang psikisnya lemah. Tidak bisa disamakan.
Kurangnya edukasi akan kesehatan jiwa inilah yang mendorong WHO menetapkan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia. Agar orang-orang lebih aware dengan kesehatan jiwanya sendiri. Agar orang-orang berhenti dengan stigma negatif terkait mental illness. Agar orang-orang berhenti mendiskriminasi mereka yang sakit mental dan berjuang untuk sembuh. Agar tidak ada lagi orang yang bersembunyi dari sakit mentalnya, dan mulai bergerak mencari pertolongan biar tidak bertambah parah. Agar tidak perlu lagi ada 800.000 jiwa melayang sia-sia setiap tahunnya "cuma" karena bunuh diri.
Maukah kalian mendukung WHO dalam hal ini?
Mungkin bisa dimulai dengan stop mengatai temanmu yang sakit jiwa dengan sebutan "caper", "kurang ibadah" atau kata-kata menyakitkan lainnya.
Kalau kalian memang belum tahu atau belum bisa membuatnya lebih baik. Kalian baru boleh ngata-ngatain mereka caper  atau kurang ibadah kalau udah berhasil ajak mereka konsultasi dan berobat ke psikolog/psikiater plus bayarin semua tagihannya ... :p
Salam dari Tepian Musi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H