Mohon tunggu...
Arako
Arako Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Best in citizen journalism K-Award 2019 • Pekerja Teks Komersial • Pawang kucing profesional di kucingdomestik.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Hari Kesehatan Jiwa Sedunia, Pertarungan Hidup dan Mati di Balik Tuduhan "Caper"

8 Oktober 2018   10:37 Diperbarui: 8 Oktober 2018   14:36 2979
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tawarkan bantuan, sekadar kuping kalau mereka mau curhat. Atau ajak mereka untuk mendapatkan pertolongan dari profesional (psikolog, psikiater). 

Sebab ketika mereka sudah lelah mencari perhatian, ketika mereka sudah memilih memendam segalanya sendiri dan ga mau lagi menerima pertolongan apapun dari siapapun ketika mereka memilih memasang topeng penuh tawa seolah dirinya baik-baik saja.

Di situlah, kabar mereka meninggal bunuh diri harus siap kalian terima. Untuk yang masih hobi ngata-ngatain penyintas bunuh diri itu manusia bodoh  yang ga mikir panjang, perlu saya kasih tahu nggak pernah ada orang bunuh diri mendadak, ujug-ujug pengen bunuh diri.

No. Bunuh diri itu artinya dia sudah depresi kronis. Ibarat sakit fisik itu mungkin sudah kanker stadium 4.

Ada proses panjang dan akumulasi banyak depresi lainnya sebelum itu. Kita nggak pernah tahu, sejauh mana mereka berjuang melawan dan bertarung dengan sakit jiwanya sebelum itu, sampai akhirnya menyerah.

Penyakit jiwa bukan perkara sepele. Organisasi Kesehatan Dunia PBB (WHO), ga akan ujug-ujug menetapkan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia setiap 10 Oktober kalau nggak ada hal serius di baliknya.

Dilansir dari VOA Indonesia Juni 2018, WHO memperkirakan bahwa setiap 40 detik, seseorang di dunia mengakhiri hidupnya. Ini berarti,  terdapat 800.000 jiwa setiap tahun yang kehilangan nyawa akibat bunuh diri.

Masih berpikir 800.000 jiwa ini adalah orang-orang bodoh yang kurang ibadah?

Kurang tepat rasanya berpikir seperti itu. Sebagian besar dari penyintas bunuh diri justru orang intelek lho. Mereka juga bukan kurang iman, ibadah itu ibaratnya cuma olahraga. Ibadah itu upaya kita untuk menjaga kesehatan jiwa, sama kaya tidur teratur atau makan makanan bergizi. Tapi apa itu menjamin kita bebas sakit? Tidak sama sekali!

 Pernah dengar kan orang yang pola hidupnya luar biasa sehat tapi masih bisa kena kanker? Begitu pun sakit jiwa. Nggak ada satu orang pun yang bisa terjamin bebas dari ini.

Memang, tidak semua orang bakal mengidap jenis yang kronis setara kanker yang sampai bikin bunuh diri. Tapi sakit jiwa setara meriang  (stress misalnya) itu pasti masih bisa kena. Kalau tidak ditangani dengan benar, bisa memburuk juga lho. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun