Mohon tunggu...
Arako
Arako Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Best in citizen journalism K-Award 2019 • Pekerja Teks Komersial • Pawang kucing profesional di kucingdomestik.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kehangatan Keluarga Seharum Lembaran Buku, Sehalus Belai Bulu Kucing

15 Maret 2018   09:59 Diperbarui: 15 Maret 2018   14:15 579
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kompal : Kompasianer Palembang

Dan begitulah, suasana akan hening dari suara manusia seiring kami larut dalam bacaan masing-masing. Namun suara lembaran buku yang dibalik, dengkuran kucing, detak jam dinding, dan sayup paduan suara jangkrik di luar benar-benar seperti orkestra paling istimewa. Mencipta alun musik magis yang menimbulkan perasaan damai dan sensasi ketenangan yang luar biasa.

Sesekali terdengar tawa terpingkal-pingkal dari siapapun yang membaca genre komedi. Lain waktu ada isak jika kebetulan bacaannya terlalu bikin baper. Emosi-emosi terdalam yang jarang kami tunjukkan satu sama lain di kesempatan normal, justru akan sangat mudah terlihat ketika sudah sama-sama membaca buku. 

"Baca apaan, sih?" celetukan yang biasa keluar karena kepo dengan isi bacaan yang memancing reaksi sampai segitunya.

Jika kebetulan semua keluarga sudah membaca, umumnya berakhir jadi sebuah diskusi atau ajang debat yang menarik. Tak jarang papa dan mama menyelipkan nasehat-nasehatnya lewat apa yang kami baca.

*

Sekarang, papa memang sudah tiada. Kakak pun akan kecil kemungkinan bisa bergabung kembali karena bakal punya keluarga sendiri. Semuanya terasa berbeda. Mau dilihat dari sudut mana pun tidak akan sesempurna dulu saat segalanya masih lengkap. 

Namun mendapati "ritual" membaca bersama ini masih tetap terjaga setiap kali saya pulang ke rumah, kehangatan yang aneh selalu saja menelusup ke dalam hati.

Saya menyadari, keluarga yang pernah dan masih saya miliki saat ini, dengan segala lebih dan kurangnya adalah anugerah terindah yang telah Tuhan hadiahkan dalam hidup. Ya. Betul. Keluarga yang tidak mampu mengekspresikan kasih sayang seperti keluarga lain pada umumnya ini, juga yang tidak pernah merayakan momen hari kasih sayang secara khusus ini ...  ternyata tetap punya cara berbagi ceria, tetap punya cinta dan kehangatan satu sama lain, karena dipersatukan oleh bahasa kasih yang begitu sempurna dalam ketidaksempurnaannya.

Sebuah kehangatan keluarga eksklusif telah berhasil kami ciptakan sendiri. Jika Tuhan mengizinkan, saya akan abadikan semua ini sepanjang umur tersisa. Sebuah kehangatan keluarga penuh ceria yang seharum lembaran buku, dan sehalus belai bulu kucing.

Akankah kelak di Surga kami bisa membaca bersama dengan formasi lengkap lagi?
Akankah kelak di Surga kami bisa membaca bersama dengan formasi lengkap lagi?
Salam dari Tepian Musi,

Arako.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun