Mohon tunggu...
Arako
Arako Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Best in citizen journalism K-Award 2019 • Pekerja Teks Komersial • Pawang kucing profesional di kucingdomestik.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kehangatan Keluarga Seharum Lembaran Buku, Sehalus Belai Bulu Kucing

15 Maret 2018   09:59 Diperbarui: 15 Maret 2018   14:15 579
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kompal : Kompasianer Palembang

Kami punya bacaan favorit masing-masing, pastinya. Papa yang kalem dengan buku-buku theologinya yang besar dan berat, mama yang cerewet dengan majalah emak-emak atau novel-novel metropop-nya, kakak yang tempramental itu maniak komik, dan saya adalah si random yang cenderung melahap buku apa saja (meski pilihan utama tetap komik dan novel-novel fantasi terjemahan).

Tentu saja kami cukup sering bertukar bacaan. Terutama jika sudah tidak ada buku baru lagi di rumah. Pernah suatu kali saat mendiang papa masih hidup, saya "kehilangan" komik-komik seri Detective School Q.  Ketika berniat "menggeledah" seluruh sudut rumah demi menemukannya, saya mendapati pemandangan seperti ini di kamar kedua orang tua saya ...

Papa dan Mama membaca komik dalam kegelapan
Papa dan Mama membaca komik dalam kegelapan
"Lah, kok dimatikan lampunya? Baca kok gelap-gelapan. Rusak lho nanti matanya," tegur saya saat itu. Setengah kesal, setengah geli karena yang mereka baca adalah buku komik saya.

"Sengaja digelapkan. Biar menghayati. Ini kasusnya seru. Mutilasi ...," jawab papa yang di-iya-kan penuh semangat oleh mama.

Saya hanya geleng-geleng. Dasar orang tua sarap, balas saya. Tentu saja hanya dalam hati. Saya masih waras, belum siap dikutuk jadi Malin Kundang Milenial.

Seringnya, kami membaca di satu ruangan. Ruang tengah dekat tv yang merangkap dapur paling favorit, meski tak menutup kemungkinan kami membaca bersama di teras atau ruang tamu. Tanpa harus diperintah atau aba-aba, kalau sudah tidak ada kesibukan lain, kami pasti otomatis mencari posisi senyaman mungkin untuk mulai membaca. Paling sering saat sore menjelang magrib, atau malam hari sebelum tidur.

Mama biasanya bergabung paling akhir karena beliau akan sibuk menyiapkan camilan terlebih dahulu. Meski favorit kami sekeluarga sebetulnya pempek dan pisang goreng, mama lebih sering menyiapkan camilan rebus-rebusan untuk momen seperti ini. Entah kacang, ubi, atau jagung rebus.

Kacang Rebus
Kacang Rebus
Bukan tanpa alasan mama memilih camilan seperti itu. Tidak hanya dengan pertimbangan menjaga halaman-halaman buku dari kotornya noda minyak,  namun juga agar aman dari serbuan adik-adik kaki empat saya yang berbulu.

Yeah. Saya dan papa adalah pecinta kucing. Kami selalu punya banyak kucing di rumah. Rekor terbanyak pernah mencapai 16 ekor. Mama dan kakak sebaliknya. Mereka pembenci kucing yang selalu sebal dengan kehadiran adik-adik saya. Untungnya mereka tidak bisa berbuat apa-apa karena papa-lah pemegang kendali penuh atas rumah. (Ah, tapi sebetulnya juga tidak benci-benci amat. Toh mereka juga terlihat senang kalau adik-adik saya itu sudah ndusel-ndusel manja di betis mereka).  

Kucing-kucing yang selalu tahu namanya masing-masing itu akan mendekat pula jika tangan-tangan kami sudah memegang buku. Ada yang memilih bergelung di pangkuan mama, di perut saya, di sebelah papa atau di betis kaki kakak yang penuh rambut. Ada yang jahil memainkan lembaran-lembaran buku yang dibuka satu per satu, ada yang mengincar camilan di piring (meski jelas-jelas tidak doyan), ada yang  iseng menggigiti jari-jari kaki, ada pula yang duduk tenang, mendengkur atau memijati bagian tubuh kami dengan telapak kaki mereka yang lembut dan kenyal.

Meski tak pernah mengambil kursus bahasa kucing, saya merasa ... mengerti mereka. Mereka seperti kompak mengatakan, "Hey, manusia. Jangan abaikan kami, kami juga bagian dari keluargamu, tahu!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun