Mohon tunggu...
Arako
Arako Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Best in citizen journalism K-Award 2019 • Pekerja Teks Komersial • Pawang kucing profesional di kucingdomestik.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Valentine di Fiksiana] Dunia Tanpa Nada

24 Februari 2017   23:24 Diperbarui: 21 Agustus 2017   13:28 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

***

 

Hari ini, aku mengantar Davie ke sekolah. Tapi sepertinya terlalu pagi. Belum ada tanda-tanda keberadaan siswa lain di halaman. Meski demikian, beberapa staf guru sudah terlihat batang hidungnya. 

“Papa...,” Davie menggamit lenganku. Dagunya menunjuk pada sosok seorang staf perempuan yang semula tampak asyik berjongkok mengamati rumpun melati, namun cepat berdiri begitu menyadari keberadaan kami. “Itu..., ibu guru. Nama—nya... i...ibu...”

“Nada?” 

Meski tenggorokanku tercekat, nama itu terucap begitu saja. Tidak salah lagi, perempuan di depanku ini sungguh-sungguh Nada. Meski rambut hitam panjangnya dulu telah berganti model dan dicat kecokelatan, namun wajah teduh itu, binar mata  itu..., juga tahi lalat tepat di sudut mata kirinya itu masih sama dengan yang kulihat hampir tujuh tahun lalu. 

Aku tak tahu mana di antara kami yang lebih terkejut. Nada sama diamnya dengan patung Buddha selama beberapa saat. Namun kemudian, bibir mungil kemerahan itu mulai bergerak.

“Dirga?” ucapnya tanpa suara.

Aku mendesah lega. Dia masih mengenaliku.

Tatapan Nada beralih pada Davie, sebelum akhirnya kembali mengunci pandanganku. 

Entah bagaimana menjelaskannya, namun seperti dulu, saat ini pun menerjemahkan bahasa mata Nada masih sama mudahnya. Aku seolah dapat dengan jelas mendengarnya berkata, “Jadi..., dia anakmu? Aku baru mengajarnya sebentar. Aku baru saja pindah. Apa kabar kamu, Dirga? Ga nyangka, ya? Kita bersua di sini?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun