Mohon tunggu...
Arako
Arako Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Best in citizen journalism K-Award 2019 • Pekerja Teks Komersial • Pawang kucing profesional di kucingdomestik.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Valentine di Fiksiana] Dunia Tanpa Nada

24 Februari 2017   23:24 Diperbarui: 21 Agustus 2017   13:28 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ah, Nada. Betapa banyak yang ingin kusampaikan. Aku bahkan tak tahu harus mulai dari mana. Aku selalu berharap bisa bertemu denganmu lagi. Aku ingin minta maaf atas segalanya. Atas kekasaran ibuku, atas kepengecutan diriku yang tak sanggup memperjuangkanmu di masa lalu... Nada, aku sungguh masih mencintaimu.

Mendadak, tawa Nada memecah keheningan. Ah, suara itu..., meski tak sebening suara peri, namun terdengar seperti simfoni penuh warna yang merasuk ke relung jiwaku.

“Aku tahu kau mencintaiku,” kata Nada dalam bahasa isyarat.

Keningku berkerut bingung, menuntut penjelasan.

“Itu sebabnya kau membiarkanku pergi. Kau tahu aku akan tertekan dan menderita atas ulah ibumu jika tetap tinggal. Dan kau tak ingin itu, kan?”

“Ibuku sudah meninggal, Nada,” ucapku memberi tahu. “Kuharap kau tak membencinya...”

“Bagaimana mungkin aku membenci wanita yang melahirkan manusia sepertimu?” Nada tersenyum. Manis. 

Musik melampaui kata-kata, kata Miyazono Kaori. Aku setuju dengannya. Namun aku juga belajar banyak dari perempuan di depanku ini. Bagi Nada yang terbiasa hidup di dunia tanpa nada, perasaan terdalam tak harus disampaikan lewat kata maupun suara. Dia yang sungguh-sungguh jadi bagian dari hatimu, akan mengertimu paling baik justru dari apa yang tak kauucapkan. Dan kau, akan memahami dia dengan cara yang sama pula.

Tangan Nada kini bergerak menyisir lembut rambut Davie. Tak ada sebentuk cincin pun di jemarinya.

Hatiku menghangat.

Ah, masa lalu memang sebaiknya ditinggalkan. Tapi jika sang mantan adalah sebenar-benarnya jodoh dari Tuhan, haruskah aku menghindar? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun