Mohon tunggu...
Arako
Arako Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Best in citizen journalism K-Award 2019 • Pekerja Teks Komersial • Pawang kucing profesional di kucingdomestik.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Cerpen Horor] Kemaro: Untold Story

5 Februari 2017   22:13 Diperbarui: 5 Februari 2017   22:57 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku kehilangan kata-kataku.

"Hmm... atau kau lebih suka 'kitab biru?'**)" dia berucap pelan, lebih seperti bergumam pada dirinya sendiri dibanding bicara denganku.

Aku masih diam. Masih terlalu syok untuk menanggapi.

"Yan?" suaranya mendadak berubah serius. Aku menoleh ke arahnya. "Ja--ngan bilang..., seleramu itu yang di 'kitab beruang'?***)"

"Pfffftttt....BUAHAHAHAHAHAHAHA..." 

Sia-sia saja aku menahan tawa. Gelakku pecah begitu saja.Huh? 'Beruang' dia bilang? Postur tinggi besar dan berbulu jelas tidak akan pernah masuk dalam kriteriaku. Sampai kapan pun. Aku lebih suka tipikal yang imut.

"Hey, Yan...," katanya setelah tawaku mereda. "Kamu manis lho kalau tertawa. Tidak asam seperti seharian ini..."

Tiba-tiba kesadaran merasuk dalam otakku. "Ja..., jadi kamu yang ngeliatin aku dari tadi?"

Dia tersenyum, lalu perlahan mengangguk. 

"Oh iya, kita belum kenalan," ujarnya menyodorkan tangan. "Aku Deddy. Mau makan malam bareng habis acara ini?"

Aku tersenyum, menyambut uluran tangannya. Hangat. Sehangat kelegaan yang menjalar ke seluruh tubuhku. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun