"Boleh...," jawabku singkat. Aku memang perlu seseorang, sesuatu, atau apapun yang bisa alihkan pikiranku dari Kemaro. "Siapa?"
"Tuuh," gadis itu menunjuk dengan dagunya pada sosok seseorang di belakangku.Â
Aku menoleh, hanya ada satu orang di sana. Dia bertopi, jadi wajahnya tak terlalu jelas. Gadis di dekatku melambai padanya, isyarat mendekat. Ketika dia sudah menyejajarkan langkah denganku,, Si Gadis langsung pamit. Meninggalkan kami berdua begitu saja. Takut mengganggu? Hmm, entahlah. Padahal aku tak keberatan ngobrol bertiga.Â
"Hey, Yan..."
Suaranya sedikit teredam oleh suara angin sore yang cukup kencang.
"Hmm?" jawabku setengah abai. Tanganku sibuk membuka tutup botol.Â
"Kamu memang ga banyak bicara, ya, Yan? Aku sampai bingung. Tapi dari tadi aku chat kamu, dan ga satupun yang dibalas..."
"Chat aku?" dahiku berkerut, bingung. Aku rutin mengecek ponselku dari tadi. Rasanya semua akun media sosial dan layanan pesan instan selalu kubuka berkala. Tidak ada pesan apapun dari seseorang di sampingku ini.
"Iya. Buka saja 'kitab kuning'*) milikmu sekarang..., pasti penuh dengan pesan dariku..."
BRUK!
Botol air mineral yang kupegang terjatuh.Airnya tumpah membasahi ujung celanaku. Aku terkejut. Aku bisa merasakan ada tanda kutip dalam frasa 'kitab kuning' yang diucapnya barusan. Kami jelas memakai bahasa isyarat yang sama. Hanya saja..., bagaimana mungkin?Â