Mohon tunggu...
Arako
Arako Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Best in citizen journalism K-Award 2019 • Pekerja Teks Komersial • Pawang kucing profesional di kucingdomestik.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Fiksi Horor dan Misteri] Rembulan Merah Darah

30 September 2016   08:12 Diperbarui: 20 April 2017   12:15 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Arcel..., dia..., dia di sini, Ma..."

"Ssshhh," kata Eyang. "Sudahlah Sila. Ikhlaskan..."

"Arcel..., maafkan Ibu. Arcel, maafkan Ibu. Arcel, maafkan Ibu. Kalau bukan karena Ibu, kamu nggak akan tenggelam di kolam renang. Maafkan Ibu, Nak...," isaknya.

Tenggelam di kolam renang? Aku?

Ah. Benar...!

Saat itu belum genap sebulan sejak ayah dimakamkan. Ibuku mulai berteriak-teriak seperti orang gila. Dalam satu kekalutannya, Ibu bilang tak ingin melihat wajahku lagi. Aku yang syok hanya bisa menangis dan lari keluar. Aku tak ingat lagi detailnya sekarang, yang jelas aku terpeleset dan masuk dalam kolam, tanpa seorang pun menyadari.

Jadi..., selama ini..., aku?

***

Bulan masih satu. Angkuh menyinar cahaya lembutnya yang mengerikan. Entah perasaanku, atau kali ini warnanya benar-benar semerah darah? Sama dengan yang kulihat di hari kematian ayah.

Dentang piano menggema di ruang tengah.

Wait There. Saat ayah memainkannya dulu, dia belum pernah gagal membuatku lelap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun