Mohon tunggu...
Arako
Arako Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Best in citizen journalism K-Award 2019 • Pekerja Teks Komersial • Pawang kucing profesional di kucingdomestik.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Fiksi Horor dan Misteri] Rembulan Merah Darah

30 September 2016   08:12 Diperbarui: 20 April 2017   12:15 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lagu ini.

Instrumental lembut nan elegan yang begitu familiar di telingaku. Manis. Meski entah bagaimana ada seberkas kesedihan mengalun di dalamnya. Bagaimanapun, musik indah menghipnotisku untuk melangkah menuju sumber suara : piano besar di ruang tengah.

Ibuku.

Jemarinya menari balet di atas tuts hitam putih yang mirip zebra cross mini itu. Matanya terfokus pada lembar partitur penuh ukiran not balok di depannya. Bisa kubaca tulisan "Wait There" tercetak di bagian tengah atas kertas.

Sebetulnya ibu bukan seorang pianis. Dia perangkai bunga. Dia jatuh cinta pada ayah, guru piano di sebuah sekolah musik ternama.

Ibu yang dulu pecinta berat musik klasik, belakangan begitu menyukai karya-karya Yiruma yang terdengar lebih ringan di telinga. Dia selalu meminta ayah memainkannya jika tiba di rumah.

Ibu memejamkan mata dan larut dalam permainannya. Caranya bermain, jelas tak sebaik ayah. Namun lagu ini, aku menyukainya. Selalu. Rasanya seperti mendengarkan senandung Nina Bobo yang mengantarku pada ujung lelap.

 

Kuperhatikan Ibu. Dari segaris celah di matanya yang tertutup, butiran kristal basah mengalir keluar. Butiran yang sama sepertinya hinggap pula di mataku. Ah..., aku tahu. Ibu --sama sepertiku--, pasti terkenang hari itu.

Hari terakhir ayah bersama kami.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun