Hedeh. Rasanya kok nggak enak banget ya, mengiyakan 'kejelekan' diri sendiri. Tapi yah, saya akui. Kawan saya itu benar. Hiks. Masa sih saya melankolis:'(
Tapi untunglah. Kawan saya itu tidak membiarkan saya berlarut lama-lama dalam kesedihan dan kekesalan.
"Yah, ga perlu risau jugalah. Toh memang nggak ada satu manusiapun yang berkarakter 100 persen sanguinis, atau 100 persen melankolis kan? Lo mungkin memang dominannya sanguinis, suka telat, berantakan, childish,rame, tapi ternyata lo juga punya sisi melankolis. Ga usah marah, nggak usah kesel. Syukuri aja perpaduan itu. Nikmati aja," ujarnya.
"Lho,tapi gue pernah baca. Nyaris nggak ada orang yang perpaduannya antara sanguinis dan melankolis, karena dua watak itu bertolak belakang. Kalaupun ada, berarti orang itu kepribadian ganda.Masa gue kepribadian ganda? " kata saya mendebat. Keluar dah sanguinisnya : Banyak bicara.egois!
"Mungkin. Bisa jadi. Tapi kepribadian ganda nggak masalah toh selama nggak melakukan kejahatan?" katanya. "Itu tuh kaya topeng,Ra. Dan jaman sekarang,semua orang juga rasanya juga pakai topeng," jawab kawan saya.
"Maksudnya?"
"Ya itu. Lo emang sanguinis, tapi ada kalanya lo ngerasa perlu pakai topeng melankolis. Gitu juga orang lain, aslinya plegmatis, tapi ada kondisi yang mungkin maksa dia pakai topeng koleris saat jadi boss perusahaan misalnya," jelasnya.