Dia berpikir, kalau orang normal kan seharusnya kepala di atas. Karena kasihan dengan calon buah hatinya, diapun berdebat dengan dokter. Dan ujung- ujungnya malah pergi ke dukun.
Dukun pun dipaksa membalik posisi anaknya dengan iming- iming uang yang banyak. (Nah lo!)
Tuan Macan yang Terhormat,
Kalau menurut saya, sungsang itu terlihat benar tapi salah. Terlihat salah tapi benar. Kalau kata Einstein sih, ini berkaitan dengan relativitas umum. Kebenaran itu hal yang relativ, tergantung dengan situasi dan kondisi. Dan satu - satunya kebenaran absolut adalah tidak ada kebenaran yang absolut.
Hedeh. Saya muter-muter ya, Pak? Mungkin juga Bapak berpikir, hubungannya dengan Bapak apa. Baiklah, saya akan to the point setelah ini.
Hubungannya dengan Bapak adalah, kalau Bapak masih ngotot dan merasa layak jadi presiden... itu sama kasusnya seperti sungsang. Kelihatannya benar, tapi salah.
Terlihat benar, karena Bapak adalah sosok yang sepertinya paling tepat untuk memimpin Bangsa ini. Latar belakang keluarga berada, juga segudang pengalaman waktu masih jadi jenderal dulu. Belum lagi barisan koalisi dan pendukung yang luar biasa dedikasinya.
Tapi menurut saya kalau sampai Bapak jadi Presiden itu salah.
Salah, karena itu berarti menyalahi mandat jutaan warga Indonesia yang menginginkan jabatan itu untuk dipegang oleh orang lain. Iya, Pak. Orang lain yang kurus, jelek, ndeso, dan pencitraan terus kata bapak itu.
Mungkin saya adalah satu dari jutaan lain yang juga termakan pencitraannya itu.
Tapi saya benar - benar berharap pada sosoknya...