Tentu mendengarkan penjelasan Indah jauh membuatku lebih paham daripada harus mencarinya dalam lembaran-lembaran buku.
Namun dari semua tempat yang kusinggahi dalam walking tour Malang kali ini, aku jelas paling terkesan ketika rombongan kami memasuki Kampung Kajoetangan Heritage. Aku baru sadar kalau di tengah Kota Malang itu ada banyak sekali rumah-rumah lawas yang dibangun pada zaman Belanda.Â
Bahkan di dalam wilayah Kajoetangan Heritage itu terdapat semacam kanal kecil yang membuatku berasa di Eropa. Kalian bisa menemukan ornamen jembatan dan pagar sebagai pembatas antara jalan dengan kali sukun alias sungai kecil yang membelah Kayutangan.Â
Di satu sisi kanal itu, dipenuhi lukisan mural pada tembok-temboknya, sehingga semakin memperkuat kesan heritage. Aku bisa membayangkan jika melintasi kanal itu malam hari, dihiasi lampu-lampu jadul, tentu benar-benar seperti di Eropa.
Mau tak mau aku memang seolah-olah menaiki mesin waktu.
Dan perjalanan kami pun berakhir sekitar pukul sembilan pagi. Melepas lelah, Jelajah Malang mengajak kami ke kedai kopi Mbah Ndut Kayutangan yang memang berkonsep jadul.Â
Setelah berbagai bangunan art deco yang tersaji penuh masa lalu, bersantai di kedai kopi ini dengan sajian otentik zaman dahulu, membuatku seperti bisa merasakan bagaimana bangsawan Belanda di masa lalu menghabiskan waktunya.
Kurasa, aku akan ikut trip walking tour Malang lagi karena kota kelahiranku ini masih memiliki banyak sekali cerita yang harus kunikmati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H