Mohon tunggu...
Arai Amelya
Arai Amelya Mohon Tunggu... Freelancer - heyarai.com

Mantan penyiar radio, jurnalis, editor dan writer situs entertainment. Sekarang sebagai freelance content/copy writer dan blogger. Penyuka solo travelling, kucing dan nasi goreng

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Mesin Waktu ke Masa Lalu dengan Walking Tour Malang

19 Februari 2024   15:13 Diperbarui: 21 Februari 2024   00:06 774
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aku dan rombongan di depan Gereja Paroki Hati Kudus Yesus foto: Instagram @jelajahmalang_

Tentu mendengarkan penjelasan Indah jauh membuatku lebih paham daripada harus mencarinya dalam lembaran-lembaran buku.

Namun dari semua tempat yang kusinggahi dalam walking tour Malang kali ini, aku jelas paling terkesan ketika rombongan kami memasuki Kampung Kajoetangan Heritage. Aku baru sadar kalau di tengah Kota Malang itu ada banyak sekali rumah-rumah lawas yang dibangun pada zaman Belanda. 

Aku dan rombongan berpose di tepi kanal Kajoetangan foto: Instagram @jelajahmalang_
Aku dan rombongan berpose di tepi kanal Kajoetangan foto: Instagram @jelajahmalang_

Bahkan di dalam wilayah Kajoetangan Heritage itu terdapat semacam kanal kecil yang membuatku berasa di Eropa. Kalian bisa menemukan ornamen jembatan dan pagar sebagai pembatas antara jalan dengan kali sukun alias sungai kecil yang membelah Kayutangan. 

Di satu sisi kanal itu, dipenuhi lukisan mural pada tembok-temboknya, sehingga semakin memperkuat kesan heritage. Aku bisa membayangkan jika melintasi kanal itu malam hari, dihiasi lampu-lampu jadul, tentu benar-benar seperti di Eropa.

Mau tak mau aku memang seolah-olah menaiki mesin waktu.

Dan perjalanan kami pun berakhir sekitar pukul sembilan pagi. Melepas lelah, Jelajah Malang mengajak kami ke kedai kopi Mbah Ndut Kayutangan yang memang berkonsep jadul. 

Setelah berbagai bangunan art deco yang tersaji penuh masa lalu, bersantai di kedai kopi ini dengan sajian otentik zaman dahulu, membuatku seperti bisa merasakan bagaimana bangsawan Belanda di masa lalu menghabiskan waktunya.

Kurasa, aku akan ikut trip walking tour Malang lagi karena kota kelahiranku ini masih memiliki banyak sekali cerita yang harus kunikmati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun