Aah, aku jadi ingat kata-kata Diah Nimpuno yang dia tulis dalam bukunya Nostalgia Kue Tenong (2016). Menurut Diah, kue yang dikenalkan oleh imigran Indonesia pada masyarakat Belanda sejak tahun 1950-an itu memiliki nilai filosofi yang tinggi. Tekstur 'keras' saat menggigit yang diikuti rasa manis dalam klepon adalah analogi bahwa kejadian menyusahkan akan terasa manis di kemudian hari.
Dan Aice Mochi Dessert untuk varian klepon, menurutku sangatlah sempurna membingkai ciri khas kue tradisional ini, tanpa mencederai sejarahnya yang begitu panjang.
Aku bisa membayangkan jika mbahkung masih hidup hingga saat ini, bahkan aku bisa mendengarkan suaranya, merajuk meminta padaku yang kini sudah bekerja ini, untuk dibelikan Aice mochi klepon setiap hari.
Tanpa sadar, khayalan itu membuatku tersenyum.
Klepon yang pernah membuatku bahagia, lalu membuatku begitu sedih dan kini jadi pembawa kehangatan rindu yang begitu menyenangkan.
Sekali lagi terimakasih Aice es krim berkualitas.
Kini akhirnya aku tahu bahwa sepiring rindu yang selalu kusimpan untuk kakekku, akan selalu abadi dan membuat hangat hati lewat bungkus demi bungkus Aice mochi klepon yang kusantap.
Jadi, apakah kalian juga punya kenangan di setiap gigitan klepon juga?