Mohon tunggu...
Arai Amelya
Arai Amelya Mohon Tunggu... Freelancer - heyarai.com

Mantan penyiar radio, jurnalis, editor dan writer situs entertainment. Sekarang sebagai freelance content/copy writer dan blogger. Penyuka solo travelling, kucing dan nasi goreng

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Cerita dari Sepiring Klepon Beraroma Rindu

30 April 2022   21:37 Diperbarui: 30 April 2022   21:39 825
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Es krim Aice mochi klepon dan varian lainnya Arai Amelya

"Wah ya waktu itu bahkan pas tidur, mbahkung (kakek) juga bawa senjata. Lek gak nggowo bedhil ndek jejer bantal, mene esuk tangi wes dadi mayit, nduk..." (Kalau tidak bawa pistol di sebelah bantal, besok pagi waktu bangun sudah jadi mayat, nak)

Aku tertawa mendengar ceritanya.

Tak pernah sekalipun aku bosan mendengarkan cerita dari mbahkung, setiap kali beliau berbagi hari-harinya di masa penjajahan dan kemerdekaan Indonesia itu.

Kutatap sepasang matanya yang sedikit berkabut tapi masih penuh semangat, kulitnya yang sudah keriput di seluruh wajah dan tubuh serta rambut di kepala yang sepenuhnya memutih. Mbahkung-ku ini memang tidak muda lagi. Sudah delapan dekade dia hidup, menjadi satu dari sekian generasi tua negeri ini yang mengalami langsung kerasnya masa peperangan.

Samidi Hadipranoto namanya.

foto mendiang mbahkung saat di Hong Kong
foto mendiang mbahkung saat di Hong Kong

Jelas mungkin kalian tidak pernah mendengarnya.

Mbahkung bukanlah satu dari tujuh pahlawan revolusi. Pun sekelompok anak muda yang ikut dalam penculikan Rengasdengklok, terlibat menyobek kain oranye bendera Belanda di atas hotel Yamato atau bahkan satu kelompok dengan Shodancho Supriyadi sang pemimpin pemberontakan PETA di Blitar yang sampai kini keberadaannya masih misterius, tapi tetap diceritakan dalam pelajaran sejarah.

Mbahkung-ku mungkin hanyalah pemuda Jawa yang diwajibkan ikut mengusung bambu runcing, serta terpaksa menembakkan timah-timah panas demi melindungi tanah kelahirannya.  

Namun aku tak pernah meragukan bahwa lewat tangan-tangan kurusnya itu, Samidi Hadipranoto adalah salah satu tentara yang turut membawa Indonesia merdeka tahun 1945.

"Lek pas londo karo nippon e teko yo langsung bubrah, ditinggal iku kabeh panganan e. Makane mbahkung lek mangan lak cepet ora koyok awakmu. Mangan kesuwen yo ditembak ambek musuh e," (Kalau tentara Belanda dan Jepang datang ya langsung kacau. Ditinggal itu semua makanannya. Karena itu kakek kalau makan kan cepat tidak seperti kamu. Makan terlalu lama ya ditembak sama musuhnya)

Aku tersenyum lagi.

Ada banyak sekali cerita-cerita ketika beliau menjadi tentara dulu yang masih begitu diingat dengan jelas, seolah semua kejadian itu baru terjadi kemarin. Peristiwa-peristiwa yang mungkin luput tak direkam oleh buku sejarah, begitu lugas beliau ceritakan.

Aku melirik sebutir klepon tersisa di piring depan kami. Ya, kue mungil berwarna hijau yang berselimut kelapa itu memang tak pernah absen di rumah mbahkung, terutama saat Lebaran.

Karena di waktu itulah, aku akan menghabiskan banyak waktu berdua dengan mbahkung, mendengarkan ceritanya saat masih jadi tentara. Kadang diliputi kenangan bagaimana nakalnya Ayahku saat remaja, hingga betapa cantiknya nenekku di bawah payung merah jambu. Namun dalam setiap ceritanya, piring berisi kue-kue klepon akan setia menemani kami.

Kupandang mbahkung, beliau tersenyum dan mengangguk. Sepertinya sadar kalau salah satu cucu perempuan terkecilnya ini juga sangat menyukai klepon. Tak butuh waktu lama, si kenyal itu meledak di mulutku dan mengeluarkan gula merah yang begitu manis.

Sebuah rasa yang benar-benar kusukai dan memenuhi banyak kisah Ramadan sekaligus Lebaranku sejak kecil.

Namun ketika tahun dan waktu berganti, klepon yang dulu menjadi penanda kebahagiaan itu pernah sekali menjadi sebuah kepiluan.

Saat itu tahun 2015. Beberapa bulan setelah Idul Fitri, mbahkung pergi menyusul rekan-rekannya sesama pejuang'45, mengurai cerita mereka masing-masing di alam keabadian.

Kerinduan Lama yang Hadir Tidak Disengaja

Kulirik smartwatch di pergelangan tangan kananku, sudah menunjukkan pukul 17.20 WIB. Suara lantunan ayat-ayat suci Al-Quran sudah berkumandang di seluruh jalan yang kulewati.

Suasana seharusnya menjadi syahdu ketika jelang Maghrib di bulan puasa saat ini. Namun aku justru menggerutu karena sudah 30 menit lebih berada di jalan raya lantaran terjebak macet. Pasar-pasar takjil yang hidup kembali setelah dua tahun mati suri, memang menjadi penyebab utama kenapa jalanan-jalanan Kota Malang begitu padat jelang berbuka.

Sebetulnya aku senang dengan keberadaan pasar takjil yang akhirnya bisa kutemui lagi di tahun 2022 ini. Tetapi ketika menjadi salah satu dari banyaknya pengendara bermotor yang terjebak macet lantaran keberadaannya, mau tak mau aku turut mengeluh.

Dilihat dari tempatku berada, aku masih harus menempuh sekitar 15 menit lamanya untuk sampai di rumahku yang terletak di kaki gunung Arjuno itu. Cukup jauh? Memang. Dan sepertinya jika kemacetan masih akan kutemui, perjalananku bakal masih panjang, sehingga artinya mau tak mau aku harus berbuka di jalan raya.

Hingga akhirnya adzan Maghrib pun berkumandang.

Meskipun jalan yang kulewati sudah tidak terlalu macet, tampaknya usus di perutku sudah berontak jika kubiarkan tidak kuberi takjil hanya karena ingin berbuka di rumah.

Kubelokkan sepeda motorku ke salah satu minimarket.

Aku langsung mengambil satu bungkus roti cokelat yang ada di samping rak pintu masuk, setidaknya bisa mengganjal lambung hingga sampai rumah. Kuambil juga sebotol air mineral, tapi langkahku terhenti saat aku melirik box freezer es krim Aice.

Berjejer di barisan paling atas, menonjol di antara varian Aice mochi yang lain, ada Aice mochi rasa klepon. Bungkusnya yang berwarna hijau terang terlihat begitu menarik pandanganku.

Aice mochi klepon Tati Suherman
Aice mochi klepon Tati Suherman

Namun aku memilih melanjutkan langkahku menuju kasir karena 'memangnya normal buka puasa dengan es krim?'

Aku pun langsung mengantri, tepat di belakang dua orang dengan keranjang belanjaan mereka. Selagi menanti, aku menoleh lagi ke box freezer Aice itu sambil berbicara sendiri dalam otakku.

'Ahh, palingan rasanya ya tidak terlalu istimewa'

'Klepon dan es krim?'

Aku sedikit menahan geli dengan kombinasi yang tak biasa itu.

Namun seperti halnya manusia biasa yang hatinya mudah sekali berganti, lima menit kemudian aku keluar dari minimarket dan duduk di salah satu meja yang berada di teras minimarket itu dengan satu plastik belanja berisi roti cokelat, air mineral dan es krim Aice mochi rasa klepon.

Setelah meneguk air mineral, rasa penasaranku pun tak bisa lagi kutahan. Kurobek langsung bungkus Aice mochi itu. Di dalamnya terdapat es krim berbentuk mochi yang berwarna hijau segar. Tak terlalu tinggi kupasang ekspektasiku saat aku mulai menggigit teksturnya yang lembut.

Namun tahukah kalian, hanya dalam beberapa detik saja aku bisa memastikan jika posisi durian sebagai rasa Aice mochi yang paling kusukai bakal turun tahta.

Sebungkus Rindu dari Aice Untuk Indonesia

Semenjak mbahkung meninggal, menyusul nenek yang sudah pergi dua tahun sebelumnya, tradisi membuat kue-kue tradisional di keluarga besarku memang begitu terpangkas. Apalagi Ibuku bukanlah orang Jawa asli, praktis membuat aku lebih sering membeli klepon daripada menikmati buatan nenek.

Sebetulnya dari segi tampilan, klepon tetaplah kue kecil kenyal berwarna hijau yang berisi gula merah dan ditaburi parutan kelapa. Hanya saja menemukan paduan rasa gurih dan manis yang seimbang dalam setiap gigitan klepon, bukanlah perkara mudah.

Apalagi menemukannya dalam sebungkus es krim yang berbentuk mochi.

Mau tak mau aku harus takjub dengan produk yang dirilis pada pertengahan Desember 2021 ini, semakin membuktikan jika inovasi pertama selalu dari Aice.

Aku tak perlu banyak menjelaskan soal kulit mochi paling kenyal yang memang bisa kita rasakan di Aice mochi, hanya saja yang membuatku begitu terpikat adalah bagaimana Aice bisa mengusung rasa otentik klepon itu ke dalam es krim.

Mulai dari rasa kenyal dan khas dari beras ketan, manisnya lelehan gula merah hingga gurihnya taburan kelapa lengkap dengan aroma pandan, semua bisa kurasakan di Aice mochi rasa klepon ini. Sebagai bentuk kerjasama Aice dengan Kemenparekraf, produk ini memang sejalan dengan kampanye #InovasiWarisanIndonesia dalam hal kuliner tradisional yakni klepon.

dua bungkus Aice mochi klepon untuk berbuka puasa Arai Amelya
dua bungkus Aice mochi klepon untuk berbuka puasa Arai Amelya

Aah, aku jadi ingat kata-kata Diah Nimpuno yang dia tulis dalam bukunya Nostalgia Kue Tenong (2016). Menurut Diah, kue yang dikenalkan oleh imigran Indonesia pada masyarakat Belanda sejak tahun 1950-an itu memiliki nilai filosofi yang tinggi. Tekstur 'keras' saat menggigit yang diikuti rasa manis dalam klepon adalah analogi bahwa kejadian menyusahkan akan terasa manis di kemudian hari.

Dan Aice Mochi Dessert untuk varian klepon, menurutku sangatlah sempurna membingkai ciri khas kue tradisional ini, tanpa mencederai sejarahnya yang begitu panjang.

Aku bisa membayangkan jika mbahkung masih hidup hingga saat ini, bahkan aku bisa mendengarkan suaranya, merajuk meminta padaku yang kini sudah bekerja ini, untuk dibelikan Aice mochi klepon setiap hari.

Tanpa sadar, khayalan itu membuatku tersenyum.

Klepon yang pernah membuatku bahagia, lalu membuatku begitu sedih dan kini jadi pembawa kehangatan rindu yang begitu menyenangkan.

Sekali lagi terimakasih Aice es krim berkualitas.

Kini akhirnya aku tahu bahwa sepiring rindu yang selalu kusimpan untuk kakekku, akan selalu abadi dan membuat hangat hati lewat bungkus demi bungkus Aice mochi klepon yang kusantap.

Jadi, apakah kalian juga punya kenangan di setiap gigitan klepon juga?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun