Mohon tunggu...
Arai Jember
Arai Jember Mohon Tunggu... Asisten Rumah Tangga - Katakan Dengan Tulisan Jika Tak Sanggup Berlisan

Menulis itu investasi. Setiap kebenaran tulisan adalah tanaman kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Benarkah Kaya Itu Auto Bahagia?

13 April 2022   10:13 Diperbarui: 13 April 2022   10:26 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: theinspirasi.my

Bukan dengan jalan perjudian dibungkus variasi nama, bukan dengan mengembangkan riba, bukan dengan trik yang menipu, bukan dengan penimbunan barang sepihak untuk memanfaatkan momen mahalnya harga, bukan dengan memonopoli dll.

 

Sebab pada dasarnya tidak ada larangan seseorang menjadi kaya, asalkan benar caranya. Abdurrahman bin Auf, Ustman bin Affan adalah contoh termasyur dari kalangan sahabat Nabi yang kaya. Dan dengan kekayaannya, mereka justru memberikan banyak pertolongan bagi sesama. 

Hanya saja yang menjadi catatan, kaya bukanlah faktor penentu datangnya kebahagian. Sebab kebahagiaan hakiki terletak pada keridhaan Allah kepada hamba-Nya. Demikian yang Islam ajarkan. Sehingga untuk merasakan indikator kebahagiaan seperti ketenangan hati, kebaikan demi kebaikan datang silih berganti, keadaan yang dijauhkan Allah dari kesulitan, maka hal yang dilakukan bukan melulu menumpuk harta hingga kaya.

Untuk mendapatkan ridho Allah, seorang remaja muslim akan menyibukkan diri dengan berupaya menjalankan apa saja yang Allah perintahkan, mengenal apa saja yang dilarangNya dan meninggalkannya. Masa mudanya bisa jadi akan dipenuhi dengan kesibukan berburu ilmu agar bisa benar dalam menjalankan perintahNya dan agar ikhlas dalam menjalaninya.

Selain itu rasa bahagia juga bisa datang dengan membiasakan sikap bersyukur sekaligus menerima apa yang diberikan Allah pada-Nya. Memang tidak mudah, tapi bisa mulai dibiasakan dan dilatih sejak remaja. Sehingga daripada habis waktu memikirkan bahagia dengan cara instan menjadi kaya, melatih syukur dan nerima lebih baik bukan?

Hanya saja, kedua konsep di atas terasa asing di kondisi hedonis seperti saat ini. Gempuran gaya hidup Barat yang menjadikan materi sebagai tolak ukur terasa lebih banyak peminatnya. Apapun disandarkan pada banyaknya harta. Apapun diusahakan agar memilikinya. Halal haram bukan lagi jadi pertimbangannya.

Itulah mengapa, sejatinya mindset ala Barat terkait kaya auto bahagia perlu di reset dari benak. Sebab sejatinya tak hanya dengan kaya dan banyak harta seseorang bisa menjadi bahagia. Dan inilah alasan yang melandasi betapa pentingnya remaja muslim mengenal Islam sejak dini.

Mengenal mendalami dan memahami konsep Islam terkait ridho Allah, syukur, dan menerima pemberian-Nya. Agar dapat dipraktikkan sepanjang perjalanan hidup, sehingga mindset yang tertanam adalah bahagia karena ridhoNya, bukan sebatas karena kaya. []

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun