Emosi Gado-Gado
Berkunjung ke Auschwitz Memorial Museum membuat perasaan saya campur aduk: antara takut, tapi juga senang.
Sejak awal masuk dan berjalan di halaman di antara blok-blok bangunan bata, saya langsung merinding membayangkan bagaimana rasanya jadi tawanan di Auschwitz. Apalagi ada tiang gantungan untuk menghukum tawanan dan pagar berkawat tajam yang mengelilingi halaman.
Para tawanan juga harus berbaris di halaman dengan baju yang tipis, pasti rasanya dingin sekali di musim dingin! Saya saja yang saat itu pakai coat lengkap masih merasa kedinginan!
Melihat beberapa bangunan atau display tertentu di Auschwitz Memorial Museum memang rasanya merinding, takut. Namun, saya juga merasa “jauh” alias tidak ada hubungannya dengan semua itu. Tidak ada satu pun nenek moyang saya yang merasakan kekejaman NAZI.
Auschwitz Memorial museum ini tidak memiliki koneksi pribadi dengan sejarah keluarga saya. Bahkan, selama duduk di bangku sekolah rasanya tema NAZI dan Perang Dunia II di Eropa hanya sepintas saja dibahas di pelajaran sejarah.
Saya malah merasa cukup bersalah karena merasa senang. Saya terngiang-ngiang ucapan professor saya di Indonesia. Sebelum saya berangkat ke Belanda beliau berpesan “Kalau nanti Anda sudah di Eropa, Anda harus mampir ke Auschwitz di Polandia.”
Ya, saya senang karena saya berhasil sampai ke Auschwitz, apalagi dengan penuh perjuangan seperti ini.
Lagipula, saat kami di sana, hujan salju mulai turun dengan lebat. Saat itu adalah kali pertama saya melihat salju dan merasakan kena hujan salju. Tentunya saya yang berasal dari negeri tropis langsung senang!
Teman saya bahkan bertutur “Aduh gimana nih, gue tau sih ini tempat genosida dan harusnya kita sedih. Tapi gue seneng nih karena ini pertama kalinya gue lihat salju!” Norak ya kami hehe...