Mohon tunggu...
D. Wibhyanto
D. Wibhyanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Bidang Sastra, Sosial dan Budaya

Penulis Novel CLARA-Putri Seorang Mafia, dan SANDHYAKALANING BARUKLINTING - Tragedi Kisah Tersembunyi, Fiksi Sejarah (2023). Penghobi Traveling, Melukis dan Menulis Sastra, Seni, dan bidang Sosial Budaya.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Mengapa Penumpang Mudah Tersinggung Saat Jam Sibuk di KRL?

31 Oktober 2023   11:04 Diperbarui: 31 Oktober 2023   11:17 1513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kepadatan penumpan KRL di stasiun Manggarai (sumber image: megapolitan/kompas.com) 

Mengapa Penumpang Mudah Tersinggung Saat Jam Sibuk di KRL?

JAKARTA, -Kapan itu, di suatu senja, jam sibuk yang gerah dan sumpeg. Rangkaian gerbong KRL (Kereta Rel Listrik) bergerak melambat di jalur 8, ketika memasuki Stasiun transit Manggarai, Jakarta.

Keadaan dalam kereta penuh sesak oleh penumpang. Saya berada di salah satu gerbong KRL ini, dan bersiap untuk turun, transit di Stasiun ini, dan pindah ke jalur 12 untuk naik KRL arah Depok/Bogor. Tujuan akhir saya adalah Stasiun Depok Lama.

Sejeda kemudian, KRL benar-benar berhenti. Dan pintu otomatis kereta pun terbuka. Lalu apa yang terjadi? Tetiba keadaan penumpang dalam gerbong seperti bergerak tumpah keluar gerbong. Sementara di sisi lain, tampak calon penumpang , kulihat menyemut hendak naik masuk ke dalam gerbong KRL yang saya tumpangi ini.

Dan, sedetik kemudian inilah yang terjadi. Byuk! arus penumpang yang hendak turun, beradu dengan arus penumpang yang hendak naik KRL ini. Terjadi saling dorong, saling sikut, saling desak. Mirip kompetisi dalam olahraga Rugby yang full body contact itu.

Beberapa perempuan menjerit karena terhimpit dekat pintu kereta. "Ampunn kumpeni!", batin saya dalam hati, sambil berusaha lolos dari kondisi "Overcrowded"ini.  Dan dengan sedikit perjuangan, trik sat-set, bat-bet, saya pun bisa lolos dengan sempurna.

Untungnya pula, kejadian itu tak berlangsung lama. Arus penumpang segera terurai, setelah petugas datang. "Woi. Dahulukan penumpang turun. Yang mau naik, tahan dulu. Sabar. Sabar woi", teriak petugas itu berulang kali, memakai pengeras suara di tangannya.

Kejadian seperti yang saya alami, dimana arus penumpang turun dan naik, saling berdesakan di depan pintu gerbong KRL, menurut pengamatan saya sering terjadi di areal Stasiun Manggarai, saat setiap jam sibuk, terutama saat pagi hari menjelang orang berangkat kerja, dan sore hari saat menjelang orang pulang kerja. Hingga sekarang!

Tak jarang orang saling mengumpat, menjerit kesakitan, di tengah situasi dorong mendorong, dimana para penumpang KRL tidak ada yang mau mengalah. Semua orang itu, termasuk saya (hihihi), seperti berada dalam tensi tinggi, sensitif dan mudah terpancing untuk marah. Mengapa demikian?

Ibarat kata, semua orang seperti bersiaga dan memasang kuda kuda, ketika berada dalam situasi kerumunan saat KRL tiba memasuki stasiun. Mungkin, prinsip setiap orang di situ adalah: "senggol jotos!" hihihi. tapi entahlah. 

Tidak saja di Stasiun Manggarai kondisi ini sering kita jumpai, melainkan juga di Stasiun transit lain, seperti Stasiun Tanah Abang, dan Stasiun Sudirman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun