Nah, salah kaprah adalah salah satu jenis sesat pikir yang terjadi ketika seseorang menggunakan informasi yang tidak benar atau pemahaman yang keliru untuk membenarkan atau mendukung suatu argumen atau tindakan.
Contohnya: "kita sebagai bangsa harus mampu mengejar ketertinggalan dari bangsa  bangsa lain", ujar politisi itu heroik di atas panggung.Â
("mengejar ketertinggalan"adalah bentuk salah kaprah, dan sesat pikir. Ini kekeliruan logika. Sebab jika ketertinggalan yang dikejar, justru akan membuat bangsa kita terperosok, bukan malah bertambah maju).
Maka, menurut penulis, penting terutama bagi para pejabat, politisi, tokoh masyarakat, untuk mengenali kesalahan berpikir, termasuk salah kaprah, dan berusaha untuk menghindarinya dalam berpikir kritis dan pemahaman yang akurat, agar tidak sesat pikir. Tidak sesat logika.Â
Caranya, dengan memeriksa sumber informasi, mengevaluasi argumen, dan berusaha untuk memiliki dasar yang kuat dalam berpikir dan berbicara dapat membantu mencegah sesat pikir dan kesalahan berpikir dalam kehidupan sehari-hari.
Implikasi Sosial bagai Masyarakat
Lebih khusus lagi, apakah pemakaian istilah "anak pejabat", "anak artis", "anak presiden", "anak Menteri", "mengejar ketertinggalan", dan sejenis itu misalnya, memberi dampak implikasi sosial bagi kehidupan, norma dan tatanan masyarakat? Jawaban saya: iya!
Penjelasan saya begini. Istilah "anak pejabat", "anak artis", "anak presiden", "anak menteri" ,"anak bupati,"Â dan sejenisnya seringkali digunakan untuk merujuk kepada anak-anak individu yang memiliki kedudukan atau status sosial yang tinggi atau berpengaruh dalam masyarakat.
Penggunaan istilah ini dapat memiliki dampak implikasi sosial yang signifikan tergantung pada cara istilah ini digunakan dan diinterpretasikan oleh masyarakat. Beberapa dampak dan implikasi sosial itu, antara lain:
Dampak Privilese dan Hak Istimewa:Â Anak-anak pejabat atau tokoh terkenal seringkali dianggap memiliki hak istimewa atau keuntungan dalam kehidupan, seperti akses ke pendidikan yang lebih baik, pekerjaan, atau kesempatan sosial. Ini dapat menciptakan ketidaksetaraan dalam masyarakat. Dan memicu kecemburuan sosial.
Dampak Stereotip dan Prasangka: Penggunaan istilah seperti "anak pejabat", "anak presiden" atau "anak artis" dapat menciptakan stereotip atau prasangka terhadap individu tersebut, baik positif maupun negatif. Contoh, misalnya "Gibran itu anak presiden". "ibu Iriana itu istri presiden".Â
(Ini salah kaprah dan sesat pikir, sebab presiden adalah jabatan publik hasil proses pemilu yang tidak beristri dan tidak beranak. Yang benar adalah "Gibran putra pak Jokowi" dan "Ibu Iriana adalah istri pak Jokowi").