Mohon tunggu...
D. Wibhyanto
D. Wibhyanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Bidang Sastra, Sosial dan Budaya

Penulis Novel CLARA-Putri Seorang Mafia, dan SANDHYAKALANING BARUKLINTING - Tragedi Kisah Tersembunyi, Fiksi Sejarah (2023). Penghobi Traveling, Melukis dan Menulis Sastra, Seni, dan bidang Sosial Budaya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Salah Kaprah Anak-Anak Presiden, Anak Pejabat, Mengejar Ketertinggalan

28 Oktober 2023   00:48 Diperbarui: 28 Oktober 2023   08:25 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nah, salah kaprah adalah salah satu jenis sesat pikir yang terjadi ketika seseorang menggunakan informasi yang tidak benar atau pemahaman yang keliru untuk membenarkan atau mendukung suatu argumen atau tindakan.

Contohnya: "kita sebagai bangsa harus mampu mengejar ketertinggalan dari bangsa  bangsa lain", ujar politisi itu heroik di atas panggung. 

("mengejar ketertinggalan"adalah bentuk salah kaprah, dan sesat pikir. Ini kekeliruan logika. Sebab jika ketertinggalan yang dikejar, justru akan membuat bangsa kita terperosok, bukan malah bertambah maju).

Maka, menurut penulis, penting terutama bagi para pejabat, politisi, tokoh masyarakat, untuk mengenali kesalahan berpikir, termasuk salah kaprah, dan berusaha untuk menghindarinya dalam berpikir kritis dan pemahaman yang akurat, agar tidak sesat pikir. Tidak sesat logika. 

Caranya, dengan memeriksa sumber informasi, mengevaluasi argumen, dan berusaha untuk memiliki dasar yang kuat dalam berpikir dan berbicara dapat membantu mencegah sesat pikir dan kesalahan berpikir dalam kehidupan sehari-hari.

Implikasi Sosial bagai Masyarakat

Lebih khusus lagi, apakah pemakaian istilah "anak pejabat", "anak artis", "anak presiden", "anak Menteri", "mengejar ketertinggalan", dan sejenis itu misalnya, memberi dampak implikasi sosial bagi kehidupan, norma dan tatanan masyarakat? Jawaban saya: iya!

Penjelasan saya begini. Istilah "anak pejabat", "anak artis", "anak presiden", "anak menteri" ,"anak bupati," dan sejenisnya seringkali digunakan untuk merujuk kepada anak-anak individu yang memiliki kedudukan atau status sosial yang tinggi atau berpengaruh dalam masyarakat.

Penggunaan istilah ini dapat memiliki dampak implikasi sosial yang signifikan tergantung pada cara istilah ini digunakan dan diinterpretasikan oleh masyarakat. Beberapa dampak dan implikasi sosial itu, antara lain:

Dampak Privilese dan Hak Istimewa: Anak-anak pejabat atau tokoh terkenal seringkali dianggap memiliki hak istimewa atau keuntungan dalam kehidupan, seperti akses ke pendidikan yang lebih baik, pekerjaan, atau kesempatan sosial. Ini dapat menciptakan ketidaksetaraan dalam masyarakat. Dan memicu kecemburuan sosial.

Dampak Stereotip dan Prasangka: Penggunaan istilah seperti "anak pejabat", "anak presiden" atau "anak artis" dapat menciptakan stereotip atau prasangka terhadap individu tersebut, baik positif maupun negatif. Contoh, misalnya "Gibran itu anak presiden". "ibu Iriana itu istri presiden". 

(Ini salah kaprah dan sesat pikir, sebab presiden adalah jabatan publik hasil proses pemilu yang tidak beristri dan tidak beranak. Yang benar adalah "Gibran putra pak Jokowi" dan "Ibu Iriana adalah istri pak Jokowi").

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun