Mohon tunggu...
D. Wibhyanto
D. Wibhyanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Bidang Sastra, Sosial dan Budaya

Penulis Novel CLARA-Putri Seorang Mafia, dan SANDHYAKALANING BARUKLINTING - Tragedi Kisah Tersembunyi, Fiksi Sejarah (2023). Penghobi Traveling, Melukis dan Menulis Sastra, Seni, dan bidang Sosial Budaya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Daripada Razia Cukur Rambut, Biarkan Siswa Berambut Gondrong, Mengapa Tidak?

8 September 2023   09:44 Diperbarui: 8 September 2023   10:22 805
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alasan Menghormati Nilai dan Norma Lokal: Beberapa sekolah mungkin mendasarkan kebijakan model rambut siswa, karena mengacu pada nilai-nilai atau norma-norma lokal tertentu yang dianggap penting oleh masyarakat.

Kontroversial

Kebijakan mengenai model rambut siswa di sekolah memang bisa menjadi hal kontroversial karena berbagai alasan. Menurut catatan penulis, beberapa faktor yang menyebabkannya menjadi kontroversial adalah:

Penafsiran yang Subjektif: Kebijakan model rambut sering kali bersifat subjektif, yang berarti penilaian terhadap apakah rambut seorang siswa "pantas" atau "tidak pantas" dapat bervariasi antara individu yang berbeda. Hal ini dapat menciptakan ketidaksetujuan dan sengketa, terutama jika ada perbedaan pendapat tentang apa yang dianggap "tepat" dalam hal model rambut.

Potensi Diskriminasi: Aturan model rambut yang terlalu ketat atau berdasarkan norma-norma tertentu dapat menjadi sumber diskriminasi terhadap siswa dengan latar belakang budaya atau etnis tertentu. Ini bisa menciptakan ketidaksetaraan dan mengabaikan keanekaragaman budaya di dalam sekolah.

Hak Privasi dan Ekspresi Pribadi: Beberapa orang menganggap aturan model rambut yang ketat sebagai pelanggaran terhadap hak privasi dan ekspresi pribadi siswa. Mereka berpendapat bahwa siswa seharusnya memiliki hak untuk memilih model rambut yang mencerminkan identitas mereka, selama itu tidak mengganggu lingkungan belajar.

Prioritas Pendidikan yang Salah: Di mata beberapa orang, kebijakan model rambut mungkin terlihat tidak proporsional jika dibandingkan dengan isu-isu pendidikan yang lebih substansial, seperti kualitas pengajaran atau keselamatan di sekolah. Mereka berpendapat bahwa fokus harus diberikan pada aspek-aspek yang lebih penting dalam proses pendidikan.

Perubahan Norma Sosial: Norma-norma sosial terkait dengan panjang rambut telah berubah seiring waktu. Aturan yang berpegang teguh pada norma-norma yang ketinggalan zaman dapat terlihat konservatif dan tidak sesuai dengan perkembangan sosial dan budaya yang lebih luas.

Potensi Distorsi Prioritas: Beberapa orang berpendapat bahwa peraturan model rambut dapat mengalihkan perhatian dari isu-isu pendidikan yang lebih prinsip mendasar dan mendesak, seperti peningkatan kualitas pengajaran, kurikulum, atau dukungan siswa.

Beberapa Catatan

Menyudahi ulasan ini, penting dicatat bahwa ketika merancang kebijakan model rambut, sekolah harus mempertimbangkan kepentingan siswa, menghindari potensi diskriminasi, dan mencari keseimbangan antara aturan yang menjaga ketertiban dan norma-norma sekolah dengan hak privasi dan ekspresi pribadi siswa.

Dalam banyak kasus, dialog yang terbuka dan inklusif dengan siswa, orang tua, dan staf sekolah dapat membantu menghindari potensi kontroversi dan mencapai kesepakatan yang lebih baik. Jadi soal rambut siswa, sampai soal Razia Cukur Rambut itu tidak perlu sampai viral diberitakan di media. Malu maluin kualitas dunia pendidikan nasional kita. Iya kan?

Makanya, perlu diperhatikan bahwa aturan mengenai model rambut yang terlalu ketat atau diskriminatif, faktanya dapat menjadi sumber kontroversi dan konflik. Menurut saya pribadi, membebaskan siswa berpenampilan model rambut masing masing yang glowing, keren menewen, rambut rapih, cepak atau gondrong, yang membuat penampilan siswa cantik dan tampan, mengapa tidak?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun