Menurut catatan saya, sedikitnya para Bacapres sering dihadapkan pada tiga masalah internal, antara lain: tekanan kepentingan dari para partai politik pengusung, perlu dukungan finansial, dan tuntutan dari kelompok-kelompok kepentingan masyarakat yang beragam.
Kondisi ini menurut penulis bisa mengakibatkan perilaku sikap para Bacapres harus selalu siap menyesuaikan diri dengan berbagai pertimbangan, taktik, dan strategi politik para partai pengusung masing-masing calon.
Contohnya, sekarang publik tidak tahu program terperinci apa saja yang menjadi tema kampanye Bacapres masing-masing, karena hal itu belum diputuskan oleh partai koalisi pengusung. Maka kepada publik Bacapres harus pandai berkata bahwa "saatnya belum tiba untuk berbicara visi-misi dan program Indonesia ke depan. Tunggu dan sabar saja".
Strategi Kampanye dan Imej Publik
Perilaku Bacapres tidak hanya dipengaruhi oleh tuntutan partai koalisi pengusung, tetapi juga oleh strategi kampanye dan pencitraan publik. Artinya, Bacapres harus mampu membangun imej atau "citra diri positif" yang menarik dan meyakinkan publik untuk mendapatkan dukungan masyarakat luas.
Bacapres harus mampu penciptaan narasi yang menekankan prestasi dan kualitas kepemimpinan mereka. Kadang-kadang kita tahu bahwa Bacapres dalam hal ini harus  mengabaikan "sisi gelap" atau harus meminimalkan sisi-sisi kontroversial atau "sisi buruk pribadi dalam jejak digital masa lalu". Dan keniscayaannya, memang begitu.Â
Etika dan Integritas
Salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh Bacapres adalah menjaga etika dan integritas diri dalam menghadapi tekanan politik yang kuat. Menjaga konsistensi antara apa yang dijanjikan dan tindakan yang diambil di tengah lingkungan politik yang penuh dengan kompromi, bisa menjadi ujian berat.
Menurut penulis, etika yang rendah atau perilaku yang tidak konsisten Bacapres misalnya, hal ini dapat merusak citra diri dan kepercayaan publik.
Kebijakan yang Terukur dan Realistis
Penting bagi Bacapres untuk mengembangkan kebijakan yang tidak hanya menarik secara narasi atau retorika, tetapi juga realistis dan terukur. Contohnya, janji-janji besar tanpa rencana konkret untuk pelaksanaannya, dapat memicu kekecewaan publik, terutama ketika nantinya "kenyataan ternyata tidak sesuai dengan harapan publik".
Menurut catatan penulis, perilaku Bacapres dalam dunia politik adalah refleksi dari kompleksitas dan tuntutan yang ada di panggung politik.Â
Maka ada tiga hal: seperti harapan publik yang tinggi, strategi kampanye, dan tekanan politik praktis, dapat mendorong sikap perilaku para Bacapres serasa berlebihan, yakni "Bacapres seolah olah telah menjadi Capres".
Dalam hal ini, sebagai "Bacapres rasa Capres" penting untuk tetap mengedepankan etika, integritas, dan kebijakan yang realistis demi memenuhi harapan masyarakat dan terus membangun fondasi kepemimpinan yang kuat.