Mohon tunggu...
D. Wibhyanto
D. Wibhyanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Bidang Sastra, Sosial dan Budaya

Penulis Novel CLARA-Putri Seorang Mafia, dan SANDHYAKALANING BARUKLINTING - Tragedi Kisah Tersembunyi, Fiksi Sejarah (2023). Penghobi Traveling, Melukis dan Menulis Sastra, Seni, dan bidang Sosial Budaya.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kisah "Ojo Jajan", Anak Mbeling di Stasiun Willem I Ambarawa

3 Agustus 2023   07:30 Diperbarui: 3 Agustus 2023   08:30 520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jalur rel kereta api pada masa itu telah terhubung antara Magelang-Secang-Pingit-Bedono-Jambu-Ngampin-Ambarawa.

Uniknya jalur kereta rute Stasiun Willem I Ambarawa ke Magelang ini, terdapat jalur rel bergerigi yang berfungsi memudahkan Lokomotif B25 menanjak atau menuruni bukit terjal. Posisi rel bergerigi itu terletak di Kecamatan Jambu dan Desa Bedono hingga Pingit. Dan jalur rel bergerigi ini konon satu satunya jalur rel bergerigi terpanjang yang ada di pulau Jawa.

Suasana Stasiun yang Ramai         

Di masa itu, Stasiun Willem I masih aktif beroperasi, melayani rute Ambarawa-Kedungjati, pergi pulang setiap hari. Di jam jam tertentu, di siang hari, para calon penumpang membeli karcis di peron loket. Seingatku bentuk karcisnya berwarna hijau tebal seukuran kartu domino, yang jika distempel atau dilobangi, menimbulkan bunyi khas "dag dog dag dog dag dog", seperti bunyi stempel di kantor pos pusat zaman dulu.

Bunyi stempel karcis penumpang itu membaur bersama riuhnya kesibukan penumpang di areal dalam stasiun yang bermotif bangunan arsitektur Eropa klasik dengan atap tinggi agak mengerucut  berbentuk limasan khas rumah Jawa.

Begitulah denyut kehidupan di dalam areal stasiun Willem I, yang berlangsung setiap hari, terutama pagi siang dan sore hari, saat menjelang keberangkatan kereta, juga waktu kedatangan.

Kawasan Stasiun Willem I 

Stasiiun Willem I Ambarawa dibangun oleh perusahaan jawatan kereta api swasta Belanda, Nedherlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM) dan diresmikan pada tanggal 21 Mei 1873. Stasiun ini dibangun di masa pemerintahan Raja Willem III negeri Belanda, dan diberi nama Stasiun Willem I, untuk mengenang kebesaran raja itu bagi pemerintah Hindia Belanda.  

Stasiun Willem I, menempati areal kawasan seluas 127.500 meter persegi, terdiri dari areal Depo kereta, bangunan utama stasiun, taman luas dan halaman gerbang stasiun yang asri ditumbuhi pepohonan palem berukuran besar, tumbuh di sepanjang jalur kiri kanan jalan masuk gerbang utama stasiun.

Stasiun Willem I, selain bersebelahan dengan kawasan rumah warga di Kampung Temenggungan Desa Panjang Kidul, juga berada di tepi hamparan sawah yang luas milik warga. Dari stasiun kita bisa melihat pemandangan alam sawah itu yang mempesona, menghampar hingga lembah Gunung Telomoyo.

"Loko loko tua sehitam jelaga. Angin Lembah sejuk menerpa wajah, padam nostalgia kala anak anak bermain di dalamnya", begitulah bunyi syair tanteku, penyair Rita Oetoro yang kapan itu kubaca di Kumpulan puisinya, Dia mendeskripsikan lokomotif tua dan suasana tempat Stasiun Willem I ini. 

Menghabiskan Waktu di Stasiun

Sebagai anak seusia SD, hampir setiap hari aku datang bermain di area stasiun dan suka mengamati gerakan setiap kereta uap yang berlalu lalang di stasiun tua ini. Kebetulan rumah tinggalku berada tepat di jalan Temenggungan VI, Desa Panjang Kidul, samping stasiun Willem I Ambarawa, sehingga aku dengan mudah menjangkau Stasiun ini.

Ketika kereta akan kembali ke Depo lokomotif, sesekali masinisnya yang baik hati, Pak Sugiono teman ayahku, mengajakku untuk ikut pulang langsir ke Depo, tempat parkir kereta api. Tentu aku senang sekali berada di sampingnya, mendengarkan bunyi peluit yang nyaring itu dan mengamati secara langsung pengoperasian lokomotif uap Tipe B25 yang eksotik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun