Mereka para penumpang Jacklingko ini saling tanya jawab, ngobrol seperti seolah sudah saling kenal lama. (Ampunn kumpeni! jeritku dalam hati). Dan suasana dalam angkot Jaklingko pun bertambah gaduh.
"Widihh, seru ini", batinku. Ada rasa miris ketika melihat kondisi ketiga anak kecil ini. Tetapi sesekali geli juga mendengar celoteh para orang tua itu, termasuk celoteh para penumpang lainnya.Â
Mungkin lelaki di depanku yang menerocoskan kata katanya seperti mitraliur itu heran, kenapa aku tidak ikut nanya nanyain, biar tambah ramai, tambah gayeng suasana? Suasana sudah mirip Drama Korea satu  babak dalam angkot yang terus melaju, di jalanan Jakarta yang Terik.
Tidak. Aku sengaja menahan diri, untuk tidak turut bertanya seperti penumpang lainnya dalam angkot ini. Sebab semua simpang siur informasi yang berkelebat, sudah cukup memberiku kesimpulan tentang konteks dan tema perbincangan ini.
Yaitu: "Tiga anak kecil kecil, nyeker dan lelah, baru saja dibebaskan dari panti sosial, setelah mengalami garukan oleh petugas, dan seminggu mereka menginap di panti sosial Kedoya. Mereka baru saja 'dipelihara' oleh negara". Titik.
Dan angkot yang kami tumpangi terus bergerak pelan, di jalur lalulintas yang memadat di sebelum pasar Palmerah. Sesekali senyap tak ada obrolan dalam angkot. Kami semua sibuk dalam bayangan pikiran masing-masing, tentang nasib ketiga anak kecil ini.
"Ya. Ketiga anak kecil ini, anak anak terlantar yang telah seminggu 'dipelihara 'oleh negara", begitu pikiran nakalku menyimpulkan.
"Apa bapak dimintai uang oleh petugas untuk membebaskan mereka?", eits..ujarku akhirnya kelepasan, tak bisa menahan diri untuk turut bertanya.
"Tidak bapak bapak dinsos itu tidak minta uang", jawabnya.
"Tapi ya itu, mereka memarahi kami. Kenapa jadi orang tua tidak bisa mengurus anak. Kan anak anak ini masih dalam tanggungjawab orangtua. Kemana saja kalian ini? Itu kata petugas sambil terus marah marahin kami", ujar perempuan di pojok menimpali lelaki di depanku. Ekspresinya penuh kecewa.
"Bapak adalah orang tua mereka, anak anak ini?", tanyaku.