Pritttt, pritt prittt! " Peluit akhir berbunyi! Dengan demikian, Kesebelasan Desaku berhasil memenangkan pertandingan ini dengan skor 2-0 dan meraih gelar juara Piala Dunia U20! Para pemain terlibat dalam selebrasi besar-besaran di tengah lapangan, sementara para suporter dari Desaku membanjiri lapangan, merayakan kemenangan yang luar biasa ini."
"Pemirsa, ini adalah momen yang tak terlupakan bagi Desaku dan bagi desa Mbengan Lor di lereng Merapi. Mereka telah menunjukkan kepada dunia bahwa semangat juang dan bakat dapat melampaui segala batasan. Tim ini telah memberikan harapan dan inspirasi bagi anak-anak muda di Indonesia dan seluruh dunia, bahwa dengan kerja keras dan keyakinan, mereka juga dapat meraih impian mereka."
"Sungguh pertandingan yang luar biasa dan mendebarkan. Kesebelasan Desaku mampu mengatasi semua rintangan dan membawa pulang trofi bergengsi ini ke desa kecil mereka. Ini adalah momen bersejarah bagi para pemain, pelatih, dan pendukung mereka".
"Terima kasih telah menonton siaran langsung ini. Jederr jederr jederr! Sampai jumpa pada kesempatan berikutnya di ajang sepak bola internasional yang lain. Saya Jamin Manjulang dan crew yang bertugas, melaporkan langsung dari Argentina, kita kembali ke studio!".
**
"Mas mas wibi, bangun. Itu tivinya kok tidak dimatiin. Pindah kamar sana, mosok tidur di sofa", sebuah suara, kudengar sayup sayup. Aku mendadak gelagapan. Aku bangun. Terkejut. Aku mengucek kucek mata. Astaga. Aku baru nyadar kalau aku ketiduran di sofa sejak petang tadi.
Aku lemes, ternyata siaran langsung bola yang kutonton barusan, hanya mimpi. Kirain beneran, bener bener seperti nyata beneran. Kok bisa ya? Pikirku sambil masuk ke dalam kamar, meneruskan tidur. Ah sudahlah.
Selesai.
disklaimer: ini adalah cerita fiktif. tidak ada di kehidupan nyata.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H