Mohon tunggu...
D. Wibhyanto
D. Wibhyanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Bidang Sastra, Sosial dan Budaya

Penulis Novel CLARA-Putri Seorang Mafia, dan SANDHYAKALANING BARUKLINTING - Tragedi Kisah Tersembunyi, Fiksi Sejarah (2023). Penghobi Traveling, Melukis dan Menulis Sastra, Seni, dan bidang Sosial Budaya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tujuh Ayam Jago Sliring Kuning

24 Mei 2023   18:59 Diperbarui: 25 Mei 2023   06:44 602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tujuh Ayam Jago Sliring Kuning

"Sudah mas. Bilangin saja, kalo mereka datang dan bertanya, jawab saja. Syaratnya tujuh ayam jago Sliring Kuning", begitu orang tua itu berpesan kepadaku.

"Baik Ki", jawabku singkat.

Sejak itu, orang tua itu masuk ke biliknya, dan tidak mau ditemui siapa pun, kecuali penting dan gawat, terutama tentang menyangkut keselamatan jiwa seseorang. Tak ada yang berani mengusik, atau mengetuk bilik orang tua linuwih itu. Tak ada yang berani bertanya, apa yang tengah dikerjakan oleh orang tua itu di dalam biliknya yang reyot itu? Termasuk aku. Eits. Bukan tak berani dink, tetapi untuk apa?

**  

Benar saja. Tak lama berselang sejak orang ramai membincangkan di Medsos, siapa yang kelak jadi pemimpin negeri ini, selalu saja, silih berganti, datang beberapa orang mengaku utusan pejabat anu dari partai itu, datang dan bertanya: "Siapa kelak jadi presiden?".
Mereka datang mau menemui si Aki, orang tua  yang lagi berdiam diri dalam biliknya.

"Kok bertanya ke sini?" tanyaku pada orang-orang itu. Mereka menjelaskan bahwa Aki orang tua di bilik bambunya itu adalah orang linuwih. Lalu? Ujarku.

"Dia kan yang mengegolkan pencapresan beberapa presiden yang lalu", kata mereka dengan yakin.

"Lalu tujuan bapak-bapak ini sebenarnya apa?", tanyaku. Seseorang yang berpakaian rapih menjawab. 

 "Kami ingin pasangan calon kami yang kelak jadi presiden, bukan yang lain. apa syarat uborampe dari Aki akan kami siapkan. Temasuk uang. Kami yakin Aki seorang yang waskita, titis, tetes, tatas, tutug", jawab orang berjenggot putih dan berpakaian necis di antara mereka.

Orang di sekitarnya mengangguk-angguk. Aku diam.
Mereka menunggu reaksiku, sebab mereka meyakini bahwa aku adalah tangan kanan Aki langsung di bilik bambu itu. Akulah orang yang bisa dan biasa nyrateni keinginan Aki, selama ini. Aku mereka anggap "penyambung lidah orang sepuh linuwih sakti, yang saat ini tengah semedi di dalam biliknya itu".

"Tujuh ayam jago sliring kuning", jawabku pendek.

Orang-orang itu terjengah. "Hah! Semudah itu? Apa ada uborampe lainnya, sehingga kami siapkan, Mas?"

"Itu saja. Bawalah ke sini untuk dirituali Aki empatpuluh hari, empat puluh malam. Ritual seperti pencalonan presiden terdahulu", jawabku sekenanya. Dan mereka pun percaya pada ucapanku.

**
Entah siapa yang menyebarkan. Sejak itu beredar kabar di seluruh tanah Jawa, bahwa dicari untuk dibeli mahal segera, dengan mahar sekian M: "tujuh ekor ayam jago Sliring Kuning". Tentu kabar itu menggegerkan banyak orang. Dan para pedagang di seluruh pasar ayam lokal, di kota besar dan di pelosok desa membincangkan hal itu: "Ayam jago Sliring Kuning dibeli mahal sekian M oleh orang pejabat dari pusat", kata mereka.

"Bukan ayam Cemani hitam mulus yang darah dan lidahnya warnanya hitam kelam?"

"Bukan. Ayam jago Sliring Kuning"

"Kok bukan rantai babi, anti cukur, keris berdiri, merah delima, atau apa itu yang biasa dipakai para pejabat tinggi?", tanya seseorang di antara mereka.

"Ngawur. Pokoknya ayam ya ayam. Pitek. Dihargai mahal sekian M, seperti harga pedang SM samurai putus paku itu lho. Keren kan. Kaya kita. Ayo kita buru ayamnya. Cari sampai ketemu".

"Ayam yang kayak apa itu?", tanya seorang yang  lain.

"Halah. Ora ngerti. Pokoknya cari, mumpung ada yang mau beli. Siapa tahu jadi rejeki kita"

"kita bisa kaya?"

"Bisa".

"Bisa nyaur utang? dan cari kontrakan baru? "

"Bisa".

"Bisa untuk beli batu bata? "tanya yang lain.

"Halah.cuma batu bata..emang untuk apa?"

"Untuk mengusap raimu yang cerewet itu". 

ha ha ha..dan semua orang pun tertawa. lucu lucu orang di negeriku. 

Dan orang-orang banyak itu pun, dalam kelompok kecil, juga kelompok besar, bahkan ada pengusaha dan  bandar besar, memburu keberadaan ayam jago Sliring Kuning. Hingga ke pelosok desa, di lereng gunung Sumbing, Sindoro, Menoreh, Merbabu, Merapi. Sejauh ini belum ada yang berhasil menemukan si ayam jago Sliring Kuning itu. Tetapi orang sangat giat mencari, terus mencari.

Bahkan hingga ke Jawa Timur, sampai ada pula beberapa ahli spiritualis yang mencoba membuat ritual, menarik "Ayam jago Sliring Kuning" dari alam gaib, seperti layaknya mereka menarik pusaka keris, akik dan benda gaib lainnya di Alas Purwo dekat Banyuwangi. Berbagai ritual diadakan, termasuk memotong kerbau bule jantan sebagai syarat tumbal. 

Akan tetapi, segala upaya telah dilakukan. dan wes hewess hewess..Wussss. Usaha mereka pun zonk!

**

Tetapi perburuan keberadaan ayam jago jenis itu yang lagi ramai dibicarakan orang, bahkan diberitakan di media cetak, televisi, medsos, dan menjadi bahan guyonan viral lucu lucuan di Tiktok itu memang sulit ditemukan. Sosok ayam itu mirip siluman, seperti hilang ditelan bumi. Benarkah ayam jenis itu benar-benar ada di dunia nyata? 

"Sepertinya saya pernah melihatnya, tapi dimana, lupa saya", kata seseorang. 

"Halah paling kamu ngimpi", jawab orang lainnya.  

Tetapi akhirnya beredar kabar pula di kalangan para sepuh, orang pintar, para ahli spiritual turut meyakini, bahwa benarlah tujuh ayam jago Sliring Kuning adalah kunci bagi pembuka kotak Pandora untuk mendapatkan wahyu keprabon, pemegang amanah tampuk orang nomor satu di negeri ini, alias menjadi seorang presiden! 

"Mengapa harus tujuh ayam? bukan lima ayam?", tanya seorang di antara sepuh itu.

"Tujuh itu pitu, kata tersirat sanepan. maknanya pitulungan, pertolongan. tujuh hewan yang diharap mampu memberi pertolongan", ujar seorang sepuh di antara para sepuh itu. Dan mereka para orang tua linuwih itu mengangguk- angguk. 

**

"Massss..!", suara seseorang memanggilku. Itu suara Aki dari dalam biliknya. 

"Ya mbahh..eh ya Kiiiii..ini saya", jawabku. 

"Mengapa orang gaduh di televisi membicarakan tujuh ayam jago Sliring Kuning, mas?" tanya Aki yang tiba-tiba melongokkan kepalanya lewat jendela biliknya, kepadaku. Aku kaget tak menyangka tiba-tiba kepala orang tua yang menyebutku 'Mas' itu nongol begitu saja, setelah sekian hari lenyap tak kulihat, tak pernah keluar dari biliknya itu.

"Entahlah Ki, kan tempo hari panjenengan yang mengatakan bahwa kalau ada orang tanya, jawab saja: tujuh ayam jago Sliring Kuning. Iya kan Ki?"

Orang tua itu mengangguk, lalu menutup jendela biliknya kembali.

"Semprul. Wong wes edian kabeh. Biarin saja", jawab orang tua itu dari dalam biliknya.

Aku tak paham pada ucapan orang tua itu. Aku biarin saja. Aku pun menyeruput kopiku, hingga tandas sampai di dasar gelas. Tinggal ampasnya saja. Semprul tenan kopiku! 

SELESAI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun