"Siapa?", tanya Baruklinting kepada prajurit itu.Â
"Dua orang bernama Ki Suta dan Ki Nala, sinuwun", jawab prajurit itu. Baruklinting terkejut mendengar nama itu. Dia hampir melupakan kedua orang berjuluk Sepasang Ular Kembar dari Selatan itu, sejak mereka tidak ada kabarnya lagi setelah diutusnya pergi ke Jalegong untuk memboyong Dewi Ariwulan ibunya ke Mangir. Bagaimana kabarnya dua orang itu? Bagaimana kabar ibuku? Apakah mereka berhasil memboyong ibuku? Batin Baruklinting. Dia tak sabar ingin bertemu semua orang itu.Â
"Suruh mereka masuk. Kutunggu di sini", ujar Baruklinting singkat.Â
Tak lama kemudian Sepasang ular kembar dari Selatan itu datang di pendopo itu. Baruklinting menyambut mereka dengan gembira. Dia menunggu kabar gembira dari dua orang kakak beradik utusannya yang baru tiba dari Jalegong itu.Â
Akan tetapi bukan kabar gembira yang disampaikan oleh Ki Suta dan Ki Nala. Mereka berdua menyesal bahwa tak bisa memboyong Dewi Ariwulan ke Mangir. Bahkan keberadaan perempuan itu pun tak bisa mereka pastikan, sebab keadaan Jalegong telah porak poranda akibat serangan berulang-ulang ke tempat itu oleh orang-orang yang menamakan diri Orang Laskar Pajang! Baruklinting sedih. Dia menyimak baik-baik penuturan Ki Suta dan Ki Nala.Â
"Kami lihat sendiri pasraman Jalegong menjadi karangabang, luluh lantak dimakan api. Tempat itu baru saja diserang oleh orang-orang laskar Pajang".Â
"Saya dan kakang Suta sempat dikeroyok oleh delapan orang dari mereka. Tetapi beruntung kami bisa mengatasi keadaan. Kedelapan orang itu tewas di tempat itu".Â
"Tak ada yang bisa kami mintai keterangan tentang keberadaan Dewi Ariwulan. Kecuali kami memperoleh sedikit informasi dari seorang pendekar yang muncul tiba-tiba di situ. Dia bernama Putri Biru".Â
"Putri Biru?". Baruklinting terkejut. Dia tidak asing dengan perempuan bernama Putri Biru yang tinggal di Jalegong itu. Dia adalah pelayan setia Dewi Ariwulan ibunya.Â
"Benar raden. Putri Biru, perempuan yang mengaku kenal panjenengan dan dia pelayan setia Dewi Ariwulan sendiri sedari dulu, katanya", ujar Ki Nala menjelaskan.Â
"Dia menceritakan bahwa dirinya adalah salah satu orang yang selamat dari serangan itu. Tetapi dia tidak menemukan Dewi Ariwulan. Sebab banyak orang telah tewas oleh serangan itu. Sebagian tawanan telah dibawa oleh para penyerang, entah kemana. Dan para tawanan tak diketahui keberadaan dan tak pernah kembali ke Jalegong".Â