Saya menonton film ini, sebab mengikuti ajakan Sindu dan Ara: "Papah mau ikut nonton film horor di bioskop gak?". Baiklah kalau begitu, jawabku. Film itu berjudul: "Sewu Dino", garapan sutradara Kimo Stamboel.
Sewu Dino adalah film horor yang baru tayang di bioskop sejak 19 April 2023 lalu. Film produksi MD Pictures ini menampilkan beberapa tokoh dalam film yang diperankan oleh aktor dan aktris muda, antara lain: Sri (Mikha Tambayong), Sugik (Rio Dewanto) dan Erna (Givina Lukita Dewi).
Semula saya tidak ngeh bahwa film ini sebenarnya diangkat berdasar Thread di Twitter, tulisan Simpleman. Dan Simpleman menjelaskan bahwa kisah horornya ini berdasar kisah nyata yang terjadi pada tahun 2001, itu pun konon berdasar cerita dari seseorang yang identitasnya dirahasiakan.
Namanya juga cerita horor, pokoknya induk dasar fakta ceritanya pun rumit dan kudu penuh misteri, itu pun masih harus dirahasiakan pula. Oke deh kakak.!Â
"Tapi kalo di Thread Twitter, ceritanya lebih lengkap, pah. Ada beberapa scene cerita di Thread Twitter karya tulisan Simpleman yang tidak ditampilkan di film Sewu Dino", ujar Ara menjelaskan ke saya. Aku melongo karena sudah lama tak mengikuti perkembangan perfilman Indonesia. Lagi lagi, Oke deh kakak!
"Jadi kalian tahu jalan ceritanya lengkap sebelumnya di versi novel atau Thread Twitter itu donk, Ra Ndu. Kalian curang, gak ngasih tahu papah", protesku ke Ara dan Sindu. Mereka tertawa.
"Kalo dikasih tahu di awal sebelum nonton film, ya gak seru pah". Itu alasan mereka berdua. Ya sudahlah. Oke deh kakak!Â
Jika info Ara benar, maka sebenarnya saya merasa kena Prank oleh film ini. Sebab dari frame awal film sampai akhir film, penjelasan atau secuil informasi bahwa "Film ini terinspirasi dari kisah dalam Thread Twitter tulisan Simpleman", atau "film berdasar kisah nyata", atau "film horor ini terinspirasi dari kehidupan nyata", babarblas, sama sekali penjelasan info itu tak saya temukan di layar film. (koreksi saya ya kak, kalo saya keliru -red).
Standart etis profesional karya sebuah film, seperti umumnya orang tahu, hal itu mestinya dicantumkan sebagai keterangan film, sehingga penonton memahami teks dan konteks film dibuat. Menurut saya sih begitu. Ya sudahlah, kak!
Penasaran dengan kisah horor film Sewu Dino ini? Begini ceritanya.
Santet Sewu Dino, Melawan Santet Janur ireng?
Sewu Dino diawali kisah Sri (Mikha Tambayong), yang kesulitan uang untuk biaya mengobati bapaknya yang sakit. Maka Sri mencari pekerjaan untuk mendapatkan uang. Sri diterima sebagai pembantu rumah tangga dengan gaji tinggi, di keluarga Atmojo, orang jawa Trah Pitu yang kaya.
Tugas Sri adalah merawat anak keluarga Atmojo, bernama Dela Atmojo (Giselma Firmansyah) yang sakit karena pengaruh santet kuno bernama Santet Sewu Dino. Dela dirawat di rumah, diasingkan di hutan, jauh dari kota, dalam pengawasan langsung Mbah Tamin (Pritt Timothy).
Ternyata di rumah perawatan Dela, Sri tidak sendirian. Dia ditemani oleh dua perempuan lain, yaitu Erna (Givina Lukita Dewi) dan Dini (Agla Artalidia). Anehnya, ketiganya dipertimbangkan untuk bekerja merawat Dela lantaran mereka bertiga lahir di hari Jumat Kliwon. Dan itu berarti mereka telah terikat perjanjian mistis dengan Mbah Karsa Atmojo (Karina Suwandi) yang tak boleh dilanggar. Jika mereka melanggar, akibatnya is death -- game over hidup mereka!Â
Sugik, supir keluarga Atmojo (Rio Dewanto)Â mengantar Sri, Erna dan Dini ke tempat Dela di hutan. Di situ Mbah Tamin menjelaskan bahwa tugas mereka adalah memandikan dan merawat Dela Atmojo, dengan syarat-ritual tertentu.
Kondisi Dela terbaring di keranda bambu kuning dalam keadaan penuh luka, perut membuncit dan tak sadarkan diri karena dalam pengaruh kutukan santet Sewu Dino, dan dirasuki roh bernama Sengarturih yang sakti.
Sri, Erna, dan Dini pun harus menyelesaikan ritual sampai hari ke-1000. Diceritakan bahwa tinggal beberapa hari lagi ritual itu sudah genap seribu hari. Jadi sebenarnya tugas Sri, Erna dan Dini dalam merawat dan menjaga Dela tidak lama di tempat itu.
Akhirnya mereka harus berjuang untuk hidup dan terbebas dari ikatan perjanjian mistis dengan Mbah Karsa Atmojo (Karina Suwandi). Bagaimana cara Sri menyelamatkan Dela dari pengaruh santet Sewu Dino dan meloloskan diri dari ikatan perjanjian mistis itu? Jawabannya ada di bagian akhir film ini.Â
Santet Sewu Dino Melawan Santet Janur ireng di kelompok Keluarga Trah PituÂ
Sebagai penonton langsung film ini, saya bertanya: bagaimana awal dari santet ini? Siapa yang kejam mengirim santet Sewu Dino ke keluarga Dela Atmojo?
Setelah mencermati alur scene film, kalo tidak salah tonton dan mengamati, kejadian Sewu Dino rupanya diawali dengan santet Janur Ireng yang mengarah kepada keluarga Kuncoro, salah satu keluarga dalam kelompok keluarga Trah Pitu.
Karena Keluarga Kuncoro dianggap sudah tidak pantas memimpin Trah Pitu dan berpotensi memecah belah Trah, banyak keluarga yang menaruh dendam dan ingin membinasakan keluarga Kuncoro. Salah satunya adalah keluarga Atmojo. Keluarga Atmojo merasa posisinya terancam oleh polah keluarga Kuncoro yang memimpin Trah Pitu.
Akhirnya dengan mengajak beberapa keluarga Trah Pitu, Keluarga Atmojo mengirim santet kuno Janur Ireng untuk membantai seluruh keluarga Kuncoro.
Santet tersebut dikirim mendadak saat pernikahan sedarah keluarga Kuncoro. Santet Janur ireng bekerja saat itu juga membunuh semua orang yang ada di pesta termasuk pemimpin keluarga Kuncoro, kecuali Intan Kuncoro dan sopir mereka, Sugik.
Pernikahan tersebut menjadi pernikahan berdarah, sekaligus melatari santet Sewu Dino yang dikirim keluarga Kuncoro yang balas dendam, akibatnya membunuh semua Trah keluarga Atmojo, tersisa dua orang yang masih hidup: mbah Karsa Atmojo, dan Dela Atmojo.
Di akhir film, penonton tetap dibiarkan bertanya-tanya sambil keluar gedung bioskop, tanpa ada jawaban: "Apa dan seperti apa yang disebut santet Janur Ireng, siapa mereka Trah Pitu, selain juga apa itu santet Sewu Dino?". Ah syudahlah, namanya juga film sebagai hiburan, ngapain dipikir bikin capek.
Realitas film bukan realitas Sosial
Realitas dalam film Sewu Dino yang mengusung setting tradisi, diksi dan budaya Jawa, unggah ungguh (tatakrama) dan kehidupan orang kaya Jawa yang dikemas sebagai alur cerita menurut saya adalah itu sebuah realitas film semata.
Realitas film itu sebagai sebuah produk hiburan film, bukan mewakili sebuah realitas sosial, dimana nama tokoh dan tempat, termasuk kehidupan mereka sebenarnya tidak ada di dunia nyata.
Realitas suasana horor, editing gambar, musik, teks terjemahan dan cerita di film Sewu Dino menurut saya itu semua sebagai Realitas Film semata sebagai produk tontonan.Â
Maka terlalu jauh jika misalnya ada yang mengaitkan antara realitas cerita di film itu digambarkan sebagai realitas sosial, artinya fakta cerita benar-benar ada di kisah nyata kehidupan di sebuah keluarga Jawa atau masyarakat Jawa yang digambarkan penuh klenik, mistis, dan ilmu hitam.
Jikalau itu dianggap ada, menurut saya itu hanya bisa jadi bahan diskusi menarik fiksi atau sekadar pepesan kosong.
Film yang menarik
Meski memiliki alur yang cukup rumit, tapi film ini tetap menarik untuk ditonton sebagai hiburan. Buktinya, di bagian sebuah adegan yang maksudnya horor menegangkan, justru para penonton tertawa menonton bagian adegan itu. Bagian adegan yang mana?
Jika kamu panasaran ingin tahu adegan mana dan ingin merasakan kengeriannya, langsung saja datang ke bioskop, saksikan film Sewu Dino. Â
Selesai
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI