Baruklinting sendiri terkejut setelah menyadari bahwa daya kekuatan Gelap Ngampar telah memakan banyak korban, termasuk di kalangan penduduk Mangir sendiri. Lalu untuk mencegah agar tidak jatuh korban terlalu banyak di kalangan penduduk, dan demi mencegah kerusuhan berulang yang semakin meluas, Baruklinting mengundang Pulanggeni untuk berunding.Â
Baruklinting ingin segala kerusuhan dan peperangan berhenti dan tidak terjadi lagi.
Maka melalui daya telepati tingkat tinggi, Baruklinting mengirim suatu pesan singkat kepada Pulanggeni: "Kutunggu di Ndalem Wanabayan. Datanglah sendiri, kita perlu bicara empat mata".Â
***Â
Di suatu tempat semadinya di sebuah rumah Njaban Beteng, Pulanggeni yang sedang bersila tidak kesulitan untuk menerima pesan itu. Maka dia berangkat menemui Baruklinting di Ndalem Wanabayan.Â
"Biarlah kutemui Baruklinting sendirian. Kalian pasukan Bayangan Hitam kuperintah tetap bersiaga. Jika terjadi jalan buntu pada pertemuan nanti, kuminta kalian untuk segera lakukan tumpes kelor! Habisi semua orang penduduk Mangir tanpa terkecuali!", perintah tegas Pulanggeni sebelum berangkat pada anak buahnya.Â
"Sendiko!", teriak semua orang Nogo Kemuning yang berkerumun di rumah Njaban Beteng itu. Suasana di tempat itu benar-benar memanas. Orang-orang Nogo Kemuning merasa tak sabar ingin segera berperang, walau baru saja mengalami kekalahan hebat akibat serangan dari Baruklinting.Â
Ndalem Wanabayan, Kotapraja Mangir.
Ini kali pertama Pulanggeni memasuki Ndalem Wanabayan pusat pemerintahan Mangir itu. Tempat yang dikelilingi oleh benteng kokoh itu tampak sepi. Baruklinting tampak telah menunggu kedatangan pemimpin gerombolan Nogo Kemuning itu di depan pendopo ageng. Tak tampak ada orang lain di tempat itu, selain mereka berdua. Entah di ruangan lain. Mungkin saja orang-orangnya Baruklinting sedang bersembunyi di sana. Pulanggeni menarik napas dalam-dalam.Â
"Kukira kamu telah tewas lebih dulu di tempat ini", ujar Pulanggeni. Nada suaranya datar.Â
"Sebaiknya kita duduk kembali, agar situasi di luar menjadi dingin", kata Baruklinting.Â
"Aku mau penjelasanmu. Katakan dengan jujur, apakah orang-orangmu yang memakai atribut umbul-umbul warna kuning milikku untuk membuat kerusuhan di Kotapraja itu?".