Mohon tunggu...
D. Wibhyanto
D. Wibhyanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Bidang Sastra, Sosial dan Budaya

Penulis Novel CLARA-Putri Seorang Mafia, dan SANDHYAKALANING BARUKLINTING - Tragedi Kisah Tersembunyi, Fiksi Sejarah (2023). Penghobi Traveling, Melukis dan Menulis Sastra, Seni, dan bidang Sosial Budaya.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Sandhyakalaning Baruklinting-Tragedi Kisah Tersembunyi (Episode #19)

28 April 2023   09:36 Diperbarui: 28 April 2023   10:24 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memasuki Kotapraja #20, Cover By: D. Wibhyanto / Dokumen pribadi.

Kebetulan hari itu adalah Kamis Pon yang adalah Hari Pasaran bagi Pasar Gede Kotapraja. Para pedagang dan pembeli membeludak datang pada hari pasaran itu, untuk melakukan transaksi perdagangan di Pasar Gede. Mereka datang dari mana-mana, termasuk dari wilayah pinggiran Mangir.

Seperti telah diatur waktunya. Pada Hari Pasaran Kamis Pon itulah saatnya rombongan orang-orang Nogo Kemuning mulai memasuki dan menetap di Kotapraja Mangir. Mereka menyamar sebagai pedagang dan petani yang seolah hendak berdagang di Pasar Gede. Mereka  berada dalam iring-iringan pedati dan gerobak yang masuk dari sisi Barat Kotapraja. 

"Jangan ada yang memakai atribut lambang Nogo Kemuning. Tak boleh", kata Pulanggeni yang berada dalam iring-iringan itu, mengingatkan rombongannya. "Bahkan umbul-umbul atau bendera warna kuning, atau apapun yang berwarna kuning, jangan!".  

"Telah kita simpan dan sembunyikan semua, sinuwun", ujar Arya Jalu, kepala divisi pasukan Bayangan Hitam itu. 

"Orang-orangnya Baruklinting akan mengatur dimana kita tinggal. Titik pertemuan awal di Pasar Gede ini. Ikuti saja apa perintah mereka. Jangan ada yang membuat kerusuhan", pesan Pulanggeni lagi. Dia berharap masuknya rombongan Nogo Kemuning ke Mangir itu berjalan lancar.

Suasana Pasar Gede bertambah ramai ketika dua kelompok rombongan iring-iringan pedati dan delman dari sisi Barat dan Timur Kotapraja itu saling bertemu di pelataran pasar. Buruh kuli panggul segera mengerubut pedati sapi yang memuat barang. Beberapa orang mengatur kerja para kuli panggul itu. Sebagian besar barang-barang dalam pedati dibawa oleh para kuli panggul itu ke dalam sebuah gudang di samping Pasar Gede. Sebagian muatan palawija dalam ikatan besar diserahkan kepada orang-orang Nogo Kemuning yang berpakaian pedagang dan petani itu. 

Dari sudut sebuah warung, tak jauh dari pelataran Pasar Gede, Demang Darismanta telah mengatur semua pergerakan "serah terima" urusan logistik itu ke kelompok Nogo Kemuning. Seperti permintaan Baruklinting. Barang-barang berupa barang pangan itu akan dipakai untuk mencukupi kebutuhan awal kelompok Nogo Kemuning saat mereka memulai tinggal di Kotapraja Mangir. 

"Serahkan semua isi pedati kepada orang-orang itu. Lalu hantarkan mereka ke empat titik perkampungan di Njaban Beteng, beteng luar Kotapraja. Di sana mereka akan tinggal", perintah Demang Darismanta kepada orang-orangnya, termasuk kepada para kuli panggul itu.

Pasar Gede semakin ramai ketika hari kian beranjak siang. Para tengkulak dan pedagang, petani dan buruh kuli panggul, termasuk para kusir delman dan pedati, juga para pembeli dari desa dan pelosok kota, seperti terus mengalir datang dan pergi berseliweran tak berhenti di Pasar Gede itu. 

Para penduduk Mangir tidak menyadari bahwa pada Hari Pasaran itu di Pasar Gede telah menyusup puluhan orang asing yang sangar sekaligus berbahaya. Pulanggeni dan gerombolannya benar-benar telah hadir dan mulai menetap di Mangir. 

Njaban Beteng, Kotapraja Mangir

Penduduk Mangir yang tinggal di beberapa perkampungan Njaban Beteng Kotapraja merasa gembira atas kedatangan tamu para pedagang ke kampung mereka. Sebab mereka para pedagang itu sebagai pendatang yang bersikap santun kepada penduduk setempat. Tak jarang para pedagang itu membeli barang-barang yang ditawarkan oleh para penduduk warga setempat kampung itu. Pun pula sebaliknya, para pedagang itu menawarkan barang-barang kerajinan yang bermutu tinggi dengan harga murah ke para penduduk setempat itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun