Tidak boleh ada orang atau siapa pun di sekitar kawasan Telomoyo, Merbabu dan Merapi yang mengungguli kesaktian orang-orang Nogo Kemuning. Jikalau ada orang itu harus dihabisi! Begitulah titah Pulanggeni kepada kelompoknya.
"Jadi apakah benar seperti kabar burung, bahwa Puserwening kini telah rata dengan air, gara-gara ulah seorang pemuda sakti? Bagaimana menurut pantauanmu, Margopati", tanya Pulanggeni di tengah pertemuan rembug ageng itu. Orang muda bernama Margopati itu pun, beringsut membetulkan tempat duduknya. Dengan hati-hati dia menjawab pertanyaan itu.
"Benar demikian, seperti saya lihat sendiri, sinuwun", ujar Margopati. Ucapannya itu didengar oleh semua orang yang hadir di pertemuan itu, dan membuat mereka berdecak satu sama lain. Mereka sedikit terkejut. Orang-orang gerombolan Nogo Kemuning tak ada yang menyangsikan akan kebenaran ucapan Margopati itu. Sebab Margopati adalah seorang telik sandi andalan, berkemampuan linuwih dan pasti berhasil dalam menjalankan tugasnya sebagai mata-mata.Â
Rupanya Margopati adalah orang berpakaian petani yang melihat Puserwening yang telah menjadi danau, dari suatu tempat di Salengker, Sepakung kala itu.
"Coba teruskan bagaimana pelaporanmu", kata Pulanggeni.
"Saya melihat semua kejadian dari sebuah bukit batu, di Salengker. Bahkan sebelumnya saya sempat menyusup di antara orang-orang Desa Pathok yang sedang berpesta kesenian Kuda Lumping sebelum terjadi prahara di Puserwening itu. Menurut warga setempat, anak muda itu bernama Baruklinting. Dia berasal dari Jalegong. Sebelum saya menyingkir dari Salengker, saya mendengar kabar dari Rondo Kasihan, seorang perempuan yang berhasil selamat dari bencana alam di Puserwening. Dia berkata bahwa anak muda sakti itu hendak melanjutkan perjalanan menuju Merapi", kata Margopati menjelaskan. Pulanggeni menyimak baik-baik penjelasan itu. Dia menarik napas dalam.
"Jadi dia Baruklinting. Ke Merapi untuk tujuan apa, Margopati?", tanya Pulanggeni.
"Untuk tujuan apa, saya belum tahu, sinuwun. Tetapi saya pastikan bahwa dia cepat atau lambat akan menuju Merapi. Saat ini posisinya masih di sekitar Bukit Cinta di kaki Gunung Telomoyo", jawab Margopati.
"Lalu bagaimana langkah kita selanjutnya, sinuwun", tanya seseorang di ruang pertemuan itu. Dia adalah Ki Argoseto ahli peracik ramuan racun dan gendam di kelompok Nogo Kemuning. Pulanggeni menatap ke orang tua itu.
"Kita akan segera lakukan tindakan, Ki Argoseto", ujar Pulanggeni.
"Kita tak bisa membiarkan orang muda mengungguli pamor kesaktian kelompok kita. Jika diperbolehkan, utuslah saya untuk menghadang dan menghabisinya, sinuwun", kata Arya Jalu pemimpin divisi pasukan khusus bersandi "Bayangan Hitam" gerombolan itu.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!