Mohon tunggu...
D. Wibhyanto
D. Wibhyanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Bidang Sastra, Sosial dan Budaya

Penulis Novel CLARA-Putri Seorang Mafia, dan SANDHYAKALANING BARUKLINTING - Tragedi Kisah Tersembunyi, Fiksi Sejarah (2023). Penghobi Traveling, Melukis dan Menulis Sastra, Seni, dan bidang Sosial Budaya.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Sandhyakalaning Baruklinting - Tragedi Kisah Tersembunyi (Episode #4)

14 April 2023   10:38 Diperbarui: 22 April 2023   12:10 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Dalam wujud anak kecil itu, Baruklinting pergi sebagai Krido lumahing asto, pengemis meminta-minta makanan ke rumah warga desa yang sedang mengadakan hajatan itu. Namun tak seorang pun tergerak hati untuk memberinya makanan. Hampir seluruh warga desa tak ada yang memberinya makanan. Sebab mereka jijik melihat penampilan anak kecil bertubuh kumuh dan penuh luka itu.

       Tetapi akhirnya, ada seorang perempuan, Rondo Kasihan namanya. Dia tinggal di rumah sendirian, dan memberi anak kecil itu makanan yang melimpah. Baruklinting memakan makanan itu. Lalu tiba-tiba saja seusai makanan itu habis, tubuhnya yang kecil kumuh itu berubah menjadi sosok seorang pemuda yang gagah bertubuh bersih dan berkulit kuning.

       Rondo Kasihan terkejut. Tubuhnya gemetar melihat keajaiban di depan matanya itu. Keadaan itu sulit untuk diterima nalar, tetapi keadaan itu nyata. Rondo Kasihan benar-bernar takjub sekaligus takut.

         "Siapa engkau anak muda?", tanya perempuan itu dengan gugup.

         "Janganlah takut, mbok. Inilah wujudku yang sekarang. Aku berterimakasih kepadamu", kata Baruklinting kemudian. Perempuan itu masih tak beringsut dari tempatnya. Tubuhnya masih gemetar. Dadanya masih berdegup kencang. Matanya masih tak percaya pada apa yang baru saja dilihatnya. Seorang anak kecil itu kini berubah wujud sebagai seorang pemuda. Itu kejadian yang tak terjangkau oleh nalarnya. Perempuan itu diam tak berkata-kata.

            "Sebelum aku pamit pergi. Pesanku kepadamu, ingatlah", ujar Baruklinting. "Siapkan sebuah lesung dan centong kayu. Jadikanlah lesung itu perahu dan centong sebagai dayung, jika waktunya tiba. Semoga kamu orang yang berbaik hati padaku, selamatlah hingga akhir hayatmu". 

            Rondo Kasihan hanya mampu menganggukkan kepala. Dia melepas kepergian anak muda itu yang meninggalkan rumahnya. Baruklinting lenyap di tikungan jalan di depan rumah perempuan itu. Dia menuju ke tempat pusat keramaian, sumber suara di mana sayup-sayup tetabuhan gamelan terdengar dari tempat rumah perempuan itu.

Desa Pathok, Kademangan Puserwening

            Bunyi tetabuhan gamelan terdengar sayup-sayup dari arah dekat kawasan Banyubiru, di lembah Telomoyo. Tepatnya di Desa Pathok, di wilayah Kademangan Puserwening. Seluruh warga desa Pathok sedang merayakan pesta Merti Desa. Merti Desa adalah acara tradisional bersih desa yang diadakan setiap usai masa panen. Tetabuhan gamelan ternyata berasal dari pertunjukan kesenian Kuda Lumping, Jathilan atau Jaran Kepang yang sedang berlangsung meriah, ditonton oleh banyak orang di tempat itu. Bunyi kenong, kempul, siter, seruling dan gong ditabuh bertalu-talu disela hentakan suara kendang dan nyanyian sinden kelompok kesenian rakyat itu.

        "Sigro sigro nayoko hangayahi karyo/Pakaryaning projo gumregut sengkut/Cancut tali wondo manunggal sedyo/Dampyak dampyak tinon asri/Swarane gumuruh samyo rebut ngarso/Ngestu podo rawuhnyo sang noto/Sajuru juru ngayahi karyo", suara sinden melantunkan tembang atau lagu Sigro-Sigro. Merdu suaranya.

        Para penari dalam ritme gerakan yang seragam mengikuti alur musik, menari tak berhenti sedari tadi. Para penari itu memakai genta krincingan pada semua pergelangan kaki mereka. Sehingga bunyi krincing-krincing berasal dari setiap gerakan kaki penari, menambah suasana pertunjukan itu kian meriah.  

        Uniknya pertunjukan Kuda Lumping ini, pemain atau para penarinya bisa lupa diri ndadi atau kesurupan. Pada hentakan bunyi tetabuhan gamelan yang semakin rancak, para penari kemudian tiba-tiba menari dalam gerakan tak lagi teratur, melainkan berubah sebagai serombongan orang yang njathil, bergerak kalap, aeng-aeng atau aneh-aneh.

       Itulah saat puncak pertunjukan Jathilan ini. Di mana setiap pemain atau penari kesurupan, ndadi lupa diri. Tandanya dukun atau pawang di arena melecutkan cemeti beberapa kali ke udara, sehingga timbul bunyi ledakan keras berulang-ulang. Maka beberapa orang yang memegang masing-masing kuda kepang, yaitu bentuk motif kuda dari anyaman bambu, mendadak menyebar berlarian secara liar mengelilingi seputaran arena pertunjukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun