Mohon tunggu...
D. Wibhyanto
D. Wibhyanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Bidang Sastra, Sosial dan Budaya

Penulis Novel CLARA-Putri Seorang Mafia, dan SANDHYAKALANING BARUKLINTING - Tragedi Kisah Tersembunyi, Fiksi Sejarah (2023). Penghobi Traveling, Melukis dan Menulis Sastra, Seni, dan bidang Sosial Budaya.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Sandhyakalaning Baruklinting - Tragedi Kisah Tersembunyi (Episode #4)

14 April 2023   10:38 Diperbarui: 22 April 2023   12:10 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            "Karena kekacauan di kala itu, aku memilih pergi meninggalkan keraton dan bertapa di Sepakung. Aku tak pernah lagi mendengar kabar di mana saudaraku itu kini berada", ujar Ki Ismaya.

        "Kami termasuk bagian Wong Kalang dan sisa-sisa laskar pasukan khusus bersandi Bhayangkara di Majapahit. Betapa senang hatiku bahwa kamu adalah murid dari saudaraku itu".

Baruklinting senang hatinya sebab sempat bertemu lelaki pertapa itu. Setidaknya dia bisa meminta suatu tanda di mana bapanya kini berada.

            "Jika tempat ini adalah Telomoyo bukan Merapi. Ke mana lagi arah menuju Merapi. Mohon panjenengan memberiku suatu pertanda", ujar Baruklinting kemudian.

            "Setahuku, Merapi berada di balik gunung Telomoyo ini bersebelahan dengan gunung Merbabu. Aku tak bisa memberimu tanda lebih jauh tentang siapa bapamu dan persisnya dia bertapa di sebelah mana. Kecuali engkau menemukan tanda dari caramu sendiri, yakni bertapalah di Salengker untuk memperoleh petunjuk dari Gusti Hyang Maha Kuasa sendiri", kata Ki Ismaya.

            "Selain itu. Oleh sebab kamu adalah kerabat Ki Hajar Salokantoro. Sejak saat ini kamu kuanggap sebagai putraku sendiri. Walau tubuh fisikmu sebagai seekor ular, aku tak peduli. Kelak jika sudah pada waktunya, jika kamu memerlukan kehadiranku ucapkanlah namaku sebanyak tiga kali dan gedruk bumi tiga kali. Aku akan datang", pungkasnya kemudian. Baruklinting menyimak ucapan orang tua itu.

            "Maturnuwun Ki Ismaya. Aku gembira kau angkat sebagai putramu. Aku ikuti saranmu untuk bertapa di Salengker", kata Baruklinting. Lalu ular besar itu berpamitan meninggalkan Ki Ismaya. Dia beringsut menuju tempat yang disebut Salengker, yaitu sebuah lembah di kaki Gunung Telomoyo tak jauh dari Sepakung.

            Baruklinting melingkarkan tubuhnya di rerimbun pohon-pohon besar. Telah bulat tekadnya untuk bisa menemukan keberadaan bapanya. Dia bertapa dan manekumg, manembah kang linangkung, artinya merendahkan diri sedalamnya ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa. Dia memohon suatu petunjuk nyata, di mana bapanya kini berada.

            Waktu kemudian tumbuh lurus di tempat itu, tak terasa sudah semusim panen Baruklinting menjalankan tapa bratanya. Tubuhnya telah ditumbuhi lumut hijau. Seluruh sisiknya tak lagi nyata sebagai sisik seekor ular, melainkan lebih mirip sebagai sosok pohon besar yang telah tumbang di tempat itu. Baruklinting benar-benar larut dalam tapa bratanya yang dalam.

            Tetapi di suatu hari, sekelompok orang sedang mencari kayu bakar untuk acara sebuah hajatan Merti Desa datang ke tempat itu. Mereka adalah warga Desa Pathok, Kademangan Puserwening dekat Banyubiru. Seseorng di antara mereka terkejut ketika menemukan batang kayu yang mengeluarkan darah ketika terkena parang. Maka dia memanggil semua kawannya dan melihat bahwa batang kayu itu adalah bagian tubuh seekor ular yang melingkar. Itu adalah tubuh ular Baruklinting yang sedang bertapa.

            Orang-orang Desa Pathok itu gembira luar biasa, sebab ular itu bisa menjadi santapan enak untuk seluruh warga desa yang sedang berpesta. Maka mereka membunuh ular itu dengan mengeroyok dan membacok. Tubuh ular itu dibawa pulang ke desa dan dijadikan lauk santapan semua penduduk desa. Sementara itu tubuh fisik ular itu telah disantap oleh semua orang, tetapi daya hidup Baruklinting tiba-tiba mewujud sebagai sosok anak kecil. Anak kecil itu tampak kumuh, tubuhnya kurus dan dipenuhi luka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun