Mohon tunggu...
D. Wibhyanto
D. Wibhyanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Bidang Sastra, Sosial dan Budaya

Penulis Novel CLARA-Putri Seorang Mafia, dan SANDHYAKALANING BARUKLINTING - Tragedi Kisah Tersembunyi, Fiksi Sejarah (2023). Penghobi Traveling, Melukis dan Menulis Sastra, Seni, dan bidang Sosial Budaya.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

CLARA-Putri Seorang Mafia (Episode #3)

13 April 2023   19:26 Diperbarui: 14 April 2023   06:03 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tidak. Tak ada dalam benakku untuk kabur atau pergi dari sini. Aku hanya berpikir untuk menang", jawab Jane datar.

"Menurutku jangan sekedar berpikir untuk menang. Tetapi berpikirlah untuk membunuh. Untuk membunuhnya. Ingatlah itu", kata Bayu Samudra setengah berdesis. Matanya menatap Jane dengan tajam. "Jangan gunakan hanya dengan kekuatanmu. Sekeras apapun kau berlatih, mereka di luar sana itu jauh lebih kuat", katanya lagi.

"Lantas harus bagaimana?", tanya Jane.

"Pakailah kecerdasan akalmu. Serang titik lemahnya. Pelipis, Alur bibir, dagu, ulu hati, ketiak dan alat kelamin. Hanya serang titik lemah mereka. Dengan begitu engkau bisa membunuh musuhmu".

"Baiklah mari kita coba. Serang titik lemah", pungkas Bayu Samudra.

Lalu mereka berdua masuk suatu arena sasana. Tempat itu kosong dengan dikelilingi oleh kawat ram. Bayu Samudra melepas bajunya. Dada pria itu kekar menonjolkan lekuk, bertato lambang ular naga melingkar di dada kirinya. Di situ tak tampak pengawalan yang ketat, hanya lelaki bernama Gibon itu tampak dari kejauhan mengawasi. Jane tidak tahu kemana orang-orang Koretans, mereka tidak tampak di situ. Mungkin mereka semua sedang ada kegiatan di tempat lain.

Pertarungan dimulai. Beberapa kali Jane tersungkur oleh pukulan keras. Tetapi dia bangkit lagi. Bayu Samudra menunjukkan serangan ke beberapa titik lemah Jane. Jane mengaduh ketika sikut Bayu Samudra dengan cepat mengenai dagunya. Jane menggelosor ke belakang ketika sebuah tendangan keras mengenai punggungnya. 

Benar- benar Jane dibuat tak berdaya melawan Bayu Samudra. Namun sesekali Jane mampu berkelit untuk menghindari bantingan, lalu menyerang dengan pukulan kilat ke arah uluhati. Bayu Samudra mengaduh. Jane minta maaf, dan memeriksa apakah Bayu Samudra tidak apa-apa? Lalu mereka bertarung lagi. Serang titik lemahnya!

Sejak itu Jane semakin giat berlatih fisik dan mental. Tak ada waktu yang terbuang. Jane mempelajari berbagai tehnik beladiri, dengan segala sarana yang ada di tempat itu. Mentalnya juga teruji dari segala bentuk cemoohan, sindiran atau kata-kata pelecehan dari orang-orang Koretans di tempat itu.

Tak terasa sudah enam bulan berlalu. Tibalah saat hari kompetisi. Semua orang berkumpul dalam suatu ruangan besar. Di podium tampak Bayu Samudra duduk di sebuah kursi besar, di samping Gibon dan dikelilingi beberapa orang bertubuh besar di sekitarnya.

Diumumkan bahwa dalam kompetisi ini, Pemenang tunggal dalam perkelahian massal akan memenangi hadiah khusus, liburan dan uang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun