Mohon tunggu...
D. Wibhyanto
D. Wibhyanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Bidang Sastra, Sosial dan Budaya

Penulis Novel CLARA-Putri Seorang Mafia, dan SANDHYAKALANING BARUKLINTING - Tragedi Kisah Tersembunyi, Fiksi Sejarah (2023). Penghobi Traveling, Melukis dan Menulis Sastra, Seni, dan bidang Sosial Budaya.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

CLARA-Putri Seorang Mafia (Episode #3)

13 April 2023   19:26 Diperbarui: 14 April 2023   06:03 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

Jane mulai menempati ruang kamar. Ruangan itu tidak begitu luas, mungkin berukuran tiga kali empat meter, berisi tempat tidur berkerangka besi, tanpa alas kasur, melainkan beralas beberapa lembar papan ditutup tikar pandan di atasnya dan sepotong selimut bermotif garis putih biru dan sebuah bantal tipis. Di samping tempat tidur ada meja kayu kecil dan lemari pakaian. 

Ruang kamar itu menjadi sedikit agak lega ketika jendela kamar itu dibuka lebar dan pemandangan kota bisa terlihat jelas dari dalam kamar. Jane melihat sepintas bahwa model kamar lainnya yang jumlahnya ada puluhan di situ, mirip seperti yang dia tempati. Sebagian lain lebih mirip model barak atau ruangan kamar memanjang seperti di tangsi militer.

Jane masuk ke kamar itu dengan dihantar oleh seorang lelaki bertato ular naga melingkar pada dada kirinya. Bentuk tato itu seperti tato di tubuh jasad ayahnya. Dia memperkenalkan diri. "namaku Guntur Geni".

"Mulai sekarang, tugasmu mencuci piring, membuang kotoran dapur, mengosek WC dan mengepel lantai semua lorong di sini. Jika engkau naik kelas, engkau akan menjadi anggota resmi organisasi. Jika kariermu bagus, engkau akan tinggal di gedung mewah di seberang sungai sana. Itu "Domus Patrum" gedung Casino Dragon Empire, tempat paling prestisius bagi anggota organisasi. Bukan di sini. Aku di sini sudah dua tahun", kata Guntur Geni menjelaskan.

"Kenapa kau datang ke sini? Kau perempuan", tanya Guntur Geni lagi. "Bukannya kau sendiri tahu bahwa di sini sarangnya laki-laki".

"Aku ingin menjadi kuat", jawab Jane.

"Baiklah. Aku gak ngerti maksudmu. Semoga kamu beruntung", katanya sambil tertawa. Lalu lelaki itu pergi.

Jane membuka tas, mengeluarkan kotak berisi guci abu jenazah ayahnya. Guci itu ia keluarkan dari kotak, lalu diletakkan dengan hati-hati di meja samping tempat tidur. Jane berdoa di depan guci itu. Malam semakin larut, sementara pagi masih jauh dari jangkauan. "Bersabarlah Ayah, selamat beristirahat", kata Jane.

Setelah beberapa waktu tak muncul, akhirnya Bayu Samudra menemui Jane lagi di tempat itu.

"Kau berpikir untuk kabur dari tempat yang tidak nyaman ini?", tanya lelaki itu. Jane menggeleng.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun