Mohon tunggu...
D. Wibhyanto
D. Wibhyanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Bidang Sastra, Sosial dan Budaya

Penulis Novel CLARA-Putri Seorang Mafia, dan SANDHYAKALANING BARUKLINTING - Tragedi Kisah Tersembunyi, Fiksi Sejarah (2023). Penghobi Traveling, Melukis dan Menulis Sastra, Seni, dan bidang Sosial Budaya.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Sandhyakalaning Baruklinting-Tragedi Kisah Tersembunyi (Episode #1)

13 April 2023   15:45 Diperbarui: 6 Mei 2023   19:05 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cover Image by D.Wibhyanto / Dok.pri

      Guntur Geni Putra

( Bumi Perdikan, Sirna Ilang Kertaning Bumi )  

*** 

Wujud Menggetarkan Bumi (#1)

Jalegong, Lereng Selatan Gunung Ungaran

Bulan belum sempurna menjemput malam. Semburat sinarnya yang keperakan bercampur kelabu tampak di punggung awan yang berarak perlahan di sebelah Barat. Sebagian sinar rembulan itu menerobos ke celah gerumbul pohon pinus yang bergoyang-goyang perlahan, tertiup angin lembah lereng gunung Ungaran. Bayangan gerumbul pohon pinus itu kemudian jatuh bersama sebagian sinar rembulan di pelataran Candi Sembilan di Jalegong; membentuk bayangan hitam dan menambah suasana mistis malam itu. Kerisik dedaun pohon yang saling bergesekan oleh hembusan angin lembah, dan suara burung Bulbul sesekali terdengar di kejauhan. Waktu seperti berjalan lambat di tempat itu. Malam telah larut, tetapi pagi masih jauh dari jangkauan. 

"Akan kucari Bapaku. Dan kupertemukan ibu dan bapaku kelak di suatu tempat agar ibuku bahagia, utuh sebagai keluarga", tekad Baruklinting kepada dirinya sendiri. Dia baru saja meninggalkan ibunya. Dengan bulat hati dia memutuskan untuk mencari bapanya, yang konon sedang bertapa di Gunung Merapi.

Sebenarnya dia bisa dengan mudah memakai kesaktiannya untuk memulai perjalanannya itu. Misalnya dengan menggunakan ajian Kantong Macan yang dikuasainya, dia bisa menghilang di tempat itu lalu muncul dan menampakkan diri lagi di suatu tempat lain yang dia kehendaki. Bersama daya kesaktian Kantong Macan menjadikan dia mampu berteleportase atau berpindah tempat dalam waktu yang cepat. Tetapi tidak. Baruklinting tidak memakai ajian Kantong Macannya.

Cara lain yang bisa dipakainya adalah terbang memakai pelepah daun kelapa, lalu meluncur di angkasa melayang seperti kepakan seekor elang, atau seperti gerakan nenek sihir terbang bersama sapu ajaib seperti didongengkan oleh para orangtua ke anak-anak di desa. Ajian terbang naik pelepah pohon kelapa itu, disebut ajian Blarak Sineret Bayu. Baruklinting sebenarnya mampu melakukan hal itu. Tetapi tidak. Cara itu pun tidak. Baruklinting tidak memakai ajijaya kawijayan Blarak Sineret Bayu, walaupun jika dia mau Baruklinting bisa melakukannya dengan mudah.

Maka dalam pada itu, Baruklinting telah memantapkan diri berangkat mencari bapanya dengan cara tak lazim di kala itu, yaitu memakai ajian Sawer Tiwikrama. Ajian ini kuno dan sangat jarang orang di tanah Jawa yang menguasai ilmu kesaktian ini.

Sejurus kemudian Baruklinting duduk bersila di sebuah batu besar di pinggir hutan Sumowono perbatasan Jalegong. Dia bersedekap dan wajahnya menatap ke langit. Mulutnya mengucap suatu mantera kuno. Dia memateg mantera ajian Sawer Tiwikrama. Sawer artinya ular, Tiwikrama artinya perubahan wujud raksasa. Perubahan wujud ular raksasa yang dia kehendaki.

"Hyang Siro. Sun amateg aji sawer tiwikrama. Wadag iro jagad royo, jagad royo wadag iro. Dadya kanyasan digdya iro. Sawer tiwikromo yo iro. Branah srampah catu langin. Ingsun dityakala sawer dadya gede sak gede gunung anakan. Saka kersaning Gustiku, Gusti iro". Ujar Baruklinting sambil menarik udara dalam satu tarikan napas dalam.

Maka sejurus kemudian, tubuh pemuda itu mengeluarkan asap putih melalui pori-pori kulit tubuhnya. Asap putih itu bergerak semakin banyak menyelimuti sekujur tubuhnya yang bersila di atas batu besar itu. Secara perlahan tetapi pasti, tiba-tiba kulit tubuhnya telah berubah dipenuhi sisik-sisik kulit seekor ular. Lapisan kulit sisik ular itu berkilauan berwarna kuning kemerahan terkena pantulan cahaya rembulan malam itu, mirip lapisan sisik seekor Golden Red Arwana dalam kolam raksasa. Setiap sisik ular itu pun membesar ukurannya, seiringan dengan tubuh Baruklinting yang kemudian melar, memanjang seperti karet gelang, berubah wujud sebagai sosok seekor ular.

Sosok ular itu menggeliat, memanjangkan ukuran tubuhnya hingga sampai sepanjang ukuran tiga kali pohon kelapa tua, dengan garis tengah seukuran tampah anyaman bambu yang biasa dipakai petani memilah padi saat panen di sawah. Sisik-sisik ular itu pun telah dalam ukuran sempurna sebanding tubuhnya, berwarna kuning kemerahan dengan garis warna hijau kebiruan melintang dari sepanjang ekor hingga mendekati tulang rahangnya yang kokoh dan keras.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun