Di rumah, Nares dan Aura memutuskan untuk membasuh badannya sebentar, air disana sangat dingin dan menyejukkan. Setelah mereka mandi, kami bertigapun memutuskan untuk mandi. "ALLAHU AKBAR...ALLAHU AKBAR" Suara beduk dan adzan ashar berkumadang memenuhi seluruh penjuru desa. Selepas sholat ashar, kami memutuskan untuk memulai kegiatan wawancara orang tua asuh.Â
Kami memulainya dengan basa basi sebentar, dan menceritakan tugas yang diberikan sekolah saat di desa. Seiring berjalannya wawancara, kedekatan dan keakraban kami semakin terlihat, suasana yang damai dan ramah mendukung keasikan wawancara. Kami menanyakan tentang biodata Pak Daday dan juga keluarga, serta bagaimana usaha yang dimilikinya. Bapak daday membuat wawancara itu tidak terlalu monoton dan kaku. Selepas melakukan kegiatan, kami menghabiskan malam pertama di desa dengan istirahat.
 "KRINGGGGGG" Suara deringan jam dari alarm HP Aura bordering kencang. Kami semua bangun dan memunuhi panggilan subuh. Embun pagi dan udara yang dingin menyambut permulaan hari. 18 Januari 2023. Berawan, 16 derajat celcius. Itulah ramalan cuaca Di Desa Sindang Jaya hari ini. Basuhan air wudhu langsung dari mata air membuatku semakin semangat menjalani hari. Ibu Eti sedang menggoreng gorengan untuk dijual diwarungnya, Pak Dadaypun ikut membantu. Setelah sholat subuh, kami beranjak membantu Bu Eti berjualan dan memasak sarapan sendiri.Â
Nasi goreng, itulah menu sarapan pertama kami yang kami masak sendiri. Kami makan bersama di lantai 2 dengan pemandangan langsung menghadap ke sawah. "Neng, Nafisah mau berangkat sekolah, kalian mau nganterin atuh?" ucap Bu Eti. Rencana pertama hari ini memang mengantarkan Nafisah ke sekolah, sekolah nafisah terletak tak jauh dari tempat parkir truk pertama kali. SDN Gunung Batu 1, itulah nama sekolahnya.Â
Sebuah sekolah desa yang tak terlalu besar, tetapi dapat menampung kurang lebih 100 anak desa, dengan pemandangan sawah disekitarnya dan tak jauh dari Gunung Gede Pangrangoo berada. Kami mengantarkan Nafisah hanya sebatas di depan gerbang sekolahnya, dan kembali pulang ke rumah untuk membantu pekerjaan Pak Daday di ladang selepas pulang dari pasar. Di dalam perjalanan, kami bertemu warga desa yang sedang sibuk mengerjakan pekerjaan mereka masing-masing, ada yang sedang menaburkan pupuk, mencabuti rumbut, menanam bunga hortensia, menyemprot penghilang hama, atau bahkan memanen.
"Assalamualaikum" ucap kami sesampainya di rumah. Bapak daday telah bersiap untuk pergi ke ladang, kamipun pergi ke ladang keluarga pak daday. Sebelum itu, kami pergi ke tempat penyimpanan pupuk, dan kandang kambing keluarga Bapak. Urea, KCI, dan NPK, atau campuran ketiganya. Itulah jenis pupuk buatan yang dipakai oleh mayoritas petani ladang di Desa Sindang Jaya, sesampainya di ladang, kami membantu pak daday menaburkan pupuk, memanen, dan menanyakan lebih lanjut tentang hasil pertanian Desa Sindang Jaya. Sistem penanaman disini adalah sistem tumpang sari (pertanaman campuran) dengan mayoritas hasilnya ialah wortel, duan bawang, kembang kol, pokcoy, lobak, dan lain-lain. Setelah menghabiskan 2 jam lamanya di ladang, kami bebenah dan mengistirahatkan badan di rumah.
"Makanan disini enak banget ya." celetuk Nares dengan makanan yang masih dikunyahnya, kami semua mengangguk mengiyakan. Agenda kami siang ini adalah jalan-jalan ke sungai bersama Bapak Daday dan salah satu kelompok 97, yang dimana bapak asuh mereka mempunyai hubungan darah dengan bapak Daday. Jalur yang licin dan becek, serta bebatuan dimana-mana kita lewati layaknya hiking sesungguhnya. Eksplorasi siang itu sangat seru dan menegangkan, banyak hal-hal yang tak terduga terjadi dengan begitu saja, tetapi semua itu terbayarkan dengan pemandangan yang ada.
Jam digitalku menunjukkan pukul 4 sore tepat, kali ini kami telah sampai dirumah untuk beberes dan berbenah. Ketiga teman kelompokku melakukan kegiatan yang mereka inginkan masing-masing, ada yang pergi kerumah lain, jajan, dan sekedar main HP dirumah. Aku dan Alesha beranjak pergi ke sebuah fasilitas pendidikan agama di Kampung
Ciheurang, kami ditugaskan untuk sekadar sharing dan berbagi ilmu yang sudah kita timba di MTsN dan Ma'had. Sampailah kami di sebuah Majlis Ta'lim bernama Al-Huda. Aku, Alesha, dan Yola, teman boardingku dari 9.7, berusaha untuk membagikan ilmu yang kami punya disana, mulai dari memberikan quiz dengan imbalan uang dan jajanan, serta mengajar ngaji. Anak-anak disana sangat ramah dan mempunyai semangat tinggi dalam belajar dalam menggapai mimpi. Sore ini, kami kembali disadari dengan previlege yang kami dapatkan di kota, yang tak dapat didapati oleh anakanak desa.
Malam pun tiba, selepas sholat subuh dan makan malam, kami kembali mewawancarai bapak dan ibu, kali ini topiknya tentang hasil dan potensi yang ada di desa. Ternyata, sebagian besar sayuran yang ada di jaboderabek di salurkan dari Desa Sindang Jaya. Selain wawancar, kami juga minta diajari beberapa kosakata bahasa sunda untuk dilombakan di acara terakhir homestay esok hari. Kami menutup hari kedua disana dengan istirahat memulihkan energi.
19 Januari 2023, 'Kebun Raya Cibodas', tujuan terakhir kami adalah hiking disana. Setiap siswa berkumpul menurut kelasnya masing-masing, mulai dari 9.1 sampai 9.11 bergiliran masuk ke kebun raya dengan tertib dan sesuai barisan. Kami menempuh jalur menuju danau kurang lebih 3 km jauhnya. Di area hijau pinggiran danau, kami melakukan kegiatan yang biasa orang-orang lakukan ketika gathering, lomba yel-yel dan kosakata bahasa sunda. Kelas 9.5 tampil diurutan ketiga. Kami sangat menikmati quality time disana. Dalam perjalanan pulang ke kampung, banyak penjual strawberry, raspberry, dan mochi yang menawarkan barang daganngannya. Aku membeli raspberry dan mocha dengan harga 45.000.