Mohon tunggu...
Aqil Aziz
Aqil Aziz Mohon Tunggu... Administrasi - Suka makan buah

Mencintai dunia literasi. Penullis di blog : https://aqilnotes.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tiada Kata Maaf

13 Juli 2018   06:10 Diperbarui: 13 Juli 2018   08:19 559
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita hidup untuk mati dan hidup lagi.

Ingat itu.

Ia terhentak. Kaget. di bawahnya terlihat tertanda Yuri Lestari. Nama itu menyeretnya untuk mengingat tragedi itu. Kejadian di ruang kelas, membantah apa yang belia sampaikan dengan serta merta telah menjatuhkan kredibilasnya sebagai seorang dosen yang telah mengajar selama 7 tahun. Hal itu nampak memalukan. Tanpa pikir panjang. Ia berteriak untuk mengeluarkan dari ruang kelas itu. Memang saat itu penuh emosi. Meski Yuri meminta ma'af berkali-kali tapi tak ia hiraukan. Karena baginya malu tidak dapat dihapus dengan kata maaf saja.

Sekarang ia membaca surat itu. Ia mengkroscek daftar hadir mahasiswa yang mengikuti ujian. Nama Yuri tak ada tanda tangannya. Tapi ini siapa yang menulis? Apakah benar-benar dari Yuri? Ataukah salah seorang temannya sengaja membawa pesannya? Pertanyaan itu terus berkecamuk. Ia memandangi kertas itu. Tak ada jawaban. Kemudian diakhiri dengan tarikan nafas dalam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun