Mohon tunggu...
Aqila Safa
Aqila Safa Mohon Tunggu... Akuntan - Pelajar

Menyanyi/infp)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kearifan Lokal yang Menunjukkan Nilai Gotong Royong dan Kebersamaan dalam Tradisi Mratelung di Purbalingga

8 September 2024   10:00 Diperbarui: 8 September 2024   10:04 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Purbalingga terdiri dari berbagai kesenian dan tradisi yang kaya serta unik. Salah satu contohnya adalah tradisi Mretelung  yang terdapat di sebuah desa di Purbalingga. 

Saat mendengar kata "Mretelung" Pasti sebagian besar orang akan bertanya tanya "Apa sih pengertian dari mretelung?" Atau "Apa sih itu mretelung?" Jadi, mretelung sendiri adalah sebuah tradisi gotong royong yang dilakukan oleh masyarakat pedesaan di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Tradisi ini melibatkan proses panen kacang yang meliputi mencabut kacang dari tanah, memisahkan biji kacang dari akarnya, dan mengumpulkan hasil panen bersama sama tanpa dibayar. 

Untuk mengetahui lebih detail marilah kita simak langkah langkah yang dilakukan masyarakat dalam tradisi Mretelung. 

1.) Mencabut kacang dari tanah

Masyarakat membantu mencabut kacang dari tanah yang sudah siap panen. 

2.) Mempreteli biji kacang dari akar

Setelah kacang dicabut, mereka menpreteli biji kacang dari akarnya untuk memisahkan biji dari akar. 

3.) Mengumpulkan hasil panen

Semua hasil panen dikumpul bersama sama tanpa dibayar. 

4.) Ngasak (mencari sisa sisa hasil panen) 

Selain itu ada kegiatan ngasak, yaitu mencari sisa sisa hasil panen di dalam tanah yang tidak tercabut saat panen. 

5.) Menerima Bawon (upah sukarela)

 

Masyarakat Purbalingga melakukan Mretelung karena beberapa alasan utama, yaitu: 

1.) Gotong Royong

Mretelung adalah contoh nyata dari tradisi gotong royong, dimana masyarakat pedesaan bekerja sama dalam kegiatan panen tanpa dibayar. Tradisi ini menguatkan nilai nilai solidaritas dan kebersamaan dalam masyarakat. 

2.) Interaksi Sosial

Mratelung memunculkan interaksi sosial yang kuat di antara warga desa, tidak hanya memperkuat interaksi, mratelung juga memperkuat ikatan sosial dan kebersamaan. 

3.) Bawon (Upah Sukarela)

Meskipun melakukannya secara sukarela, masyarakat akan mendapat imbalan berupa bawon. Bawon ini merupakan ucapan terima kasih dan memunculkan rasa berbagi. Masyarakat Purbalingga punya cara sendiri untuk menentukan upah bawon, yaitu upah bawon diberikan berdasarkan hasil panen yang diperoleh. Misalnya jika petani memanen pada, maka upah bawonnya berupa padi, dan jika memanen kacang, maka upah bawonnya berupa kacang. 

Dengan demikian, tradisi Mratelung tidak hanya sebagai kegiatan bertani, tetapi juga sebagai wadah gotong royong dan berbagi antar sesama masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun