Purbalingga terdiri dari berbagai kesenian dan tradisi yang kaya serta unik. Salah satu contohnya adalah tradisi Mretelung yang terdapat di sebuah desa di Purbalingga.Â
Saat mendengar kata "Mretelung" Pasti sebagian besar orang akan bertanya tanya "Apa sih pengertian dari mretelung?" Atau "Apa sih itu mretelung?" Jadi, mretelung sendiri adalah sebuah tradisi gotong royong yang dilakukan oleh masyarakat pedesaan di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Tradisi ini melibatkan proses panen kacang yang meliputi mencabut kacang dari tanah, memisahkan biji kacang dari akarnya, dan mengumpulkan hasil panen bersama sama tanpa dibayar.Â
Untuk mengetahui lebih detail marilah kita simak langkah langkah yang dilakukan masyarakat dalam tradisi Mretelung.Â
1.) Mencabut kacang dari tanah
Masyarakat membantu mencabut kacang dari tanah yang sudah siap panen.Â
2.) Mempreteli biji kacang dari akar
Setelah kacang dicabut, mereka menpreteli biji kacang dari akarnya untuk memisahkan biji dari akar.Â
3.) Mengumpulkan hasil panen
Semua hasil panen dikumpul bersama sama tanpa dibayar.Â
4.) Ngasak (mencari sisa sisa hasil panen)Â
Selain itu ada kegiatan ngasak, yaitu mencari sisa sisa hasil panen di dalam tanah yang tidak tercabut saat panen.Â
5.) Menerima Bawon (upah sukarela)
Â
Masyarakat Purbalingga melakukan Mretelung karena beberapa alasan utama, yaitu:Â
1.) Gotong Royong
Mretelung adalah contoh nyata dari tradisi gotong royong, dimana masyarakat pedesaan bekerja sama dalam kegiatan panen tanpa dibayar. Tradisi ini menguatkan nilai nilai solidaritas dan kebersamaan dalam masyarakat.Â
2.) Interaksi Sosial
Mratelung memunculkan interaksi sosial yang kuat di antara warga desa, tidak hanya memperkuat interaksi, mratelung juga memperkuat ikatan sosial dan kebersamaan.Â
3.) Bawon (Upah Sukarela)
Meskipun melakukannya secara sukarela, masyarakat akan mendapat imbalan berupa bawon. Bawon ini merupakan ucapan terima kasih dan memunculkan rasa berbagi. Masyarakat Purbalingga punya cara sendiri untuk menentukan upah bawon, yaitu upah bawon diberikan berdasarkan hasil panen yang diperoleh. Misalnya jika petani memanen pada, maka upah bawonnya berupa padi, dan jika memanen kacang, maka upah bawonnya berupa kacang.Â
Dengan demikian, tradisi Mratelung tidak hanya sebagai kegiatan bertani, tetapi juga sebagai wadah gotong royong dan berbagi antar sesama masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H