Di zaman modern saat ini, banyak peneliti dan inovator yang membuat inovasi makanan darurat dalam bentuk ransum yang siap makan dan tinggi gizi. Beberapa hasil karya anak bangsa yang bisa dijadikan alternatif ketersediaan makanan darurat yaitu:
a. ImunoYoi: ImunoYoi merupakan pangan darurat buatan inovator BPPT. ImunoYoi, sumber karbohidrat dan protein yang mengandung zat aktif untuk meningkatkan kekebalan tubuh dan telah diuji di laboratorium secara in-vitro. Produk ini dibuat untuk menghadapi situasi dimana memasak tidak dimungkinkan dan air bersih tidak tersedia.
b. Makanan iradiasi: Makanan ini merupakan buah cipta para relawan ACT (Aksi Cepat Tanggap). Penemuan teknologi pengawetan makanan melalui proses iradiasi menjadi solusi efektif penyediaan makanan secara instan untuk korban bencana. Makanan yang telah melalui proses iradiasi bisa dikonsumsi secara aman, dan tetap awet hingga 1,5 tahun (18 bulan).
c. Buras steril: Lontong atau buras yang biasa kita kenal tidak awet, ternyata oleh mahasiswa IPB dijadikan makanan darurat yang cocok untuk korban bencana di Indonesia. Selain rasanya yang mudah diterima oleh kebanyakan masyarakat Indonesia, buras steril ini ternyata bisa bertahan hingga 5 tahun dengan menggunakan teknologi sterilisasi dan vacum sealing. Lontong dibungkus dengan aluminium foil dan bisa dimakan tanpa bantuan alat apa pun. Menurut sang inovator, dengan mengonsumsi dua buras steril, akan mencukupi kebutuhan kalori per hari.
Selain 8 makanan di atas, pangan lokal juga perlu dipertimbangkan ketersediaan dan pemanfaatanya dalam kondisi darurat, karena pangan lokal biasanya berasal dari tanaman yang mudah tumbuh dan mudah didapat sesuai kondisi daerah.Â
Nah, demikian 8 makanan darurat untuk korban bencana yang bisa pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan organisasi sosial siapkan jika terjadi bencana. Semoga penanganan bencana di Indonesia semakin baik di masa depan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI