Oleh: Aqidatul Izzah
Bila kita membicarakan tentang mahasiswa pasti tidak ada ujungnya, mahasiswa disebut dengan maha dikarenakan derajatnya ditingkatan yang berada di top civitas akademika sesudah pelajar.Â
Dengan peringkat menjadi mahasiswa pastinya mahasiswa memiliki tanggung jawab atau penggerak atau tokoh dan fungsinya menjadi semakin berat, kompleks dan sangat ruwet.Â
Oleh karena itu, tuhan yang maha adil memberikan cara yang paling baik untuk menikmati tanggung jawab ini dengan membenahi diri sendiri sehingga menjadi pribadi yang lebih optimal, dan juga mengaplikasikan tri dharna perguruan tinggu.
Pada perguruan tinggi tri dharma menjadi rule of model mahasiswa ketika malaksanakan tanggung jawabnya ketika berada di perkuliahan manapun, ini merupakan tanggung jawab yang sangat berat, lalu siapa yang mengoptimalkan tanggung jawab tersebut ketika adanya krisis kepemimpinan jika bukan mahasiswa?, pastinya mahasiswa akan hilang sifat kritisnya.
Ketika mengemban amanahnya sebagai sosok insan cendekia, diharuskan bagi mahasiswa untuk terbiasa dalam segala keadaan apapun, baik harus terbiasa tersakiti, berpikir, berproses, dll. sehingga akan terciptanya mahasiswa yang sempurna.
Pola penting tahap awal dalam mengoptimalkan Tri Dharma di perkuliahan ilmu pendidikan yaitu bagaimana mereflesikan mahasiswa untuk menjadi manusia yang berpendidikan dan terlatih. sebagaimana teori, edukasi sering sekali dianggap oleh orang tuanya.
adanya perbedaan pemahaman pendidikan merupakan sesuatu yang biasa di tengah-tengah masyarakat, ini adalah salah satu ciri khasnya asset bertafakur manusia beserta kegunaannya untuk membangun teori yang bersangkut paut dengan edukasi.Â
Dalam hal peraturan nasional, edukasi bisa diatur secara jelas, dan gampang dimengerti oleh seluruh pihak, hal ini dapat dipraktikkan dengan sesuai dalam implementasi edukasi. Seperti yang sudah dicantumkan pada UU Nomor 20 tahun 2003 menyatakan bahwa:
"Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara".
Sasaran edukasi bagi mahasiswa tak lagi hanya membantu mewujudkan mahasiswa yang ahli dalam sains saja namu, juga pada membantu untuk Menyusun sekaligus memajukan kepribadian pada ahasiswa tersebut.Â
Pada situasi Pendidikan kewarganegaraan memiliki sasaran khusus dan sangat eksklusif Ketika menghasilkan sasaran edukasi yang maksimal, yaitu menjadi pintar dan menjadi warganegara yang baik, memaksimalkan pembelajaran baik disekolah ataupun ditingkat perkuliahan, pasti menciptakan armada pengajar yang pintar dan bisa menularkannya kepada peserta didiknya.
Penting untuk memperhatikan konsep meningkatkan dan mengembangkan, edukasi tak hanya saja yang berhubungan dengan kecerdasan materi, namun bisa juga berbicara tentang pembangunan kepribadian yang sesuai pada normalnya, kewarganegaraan, yang berbudi luhur, bila semua warga Indonesia telah berbudi luhur atau bernilai, maka kehidupan bangsa Indonesia akan damai, tentram, dan sejahtera.
Kedua, bagian memaksimalkan pada bidang pengkajian, tri dharma perkuliahan yang dimakasud seperti fungsi mahasiswa bisa menjadi figur yang mana tak jauh dengan wilayahnya, baik pada ranah kealaman, ataupun ranah sosial. Dengan begini, mahasiswa bisa berbaur, mendalami, menganalisa dan memperbaiki problem yang terdapat di wilayah dengan cara pengkajian.
Penelitian atau pengkajian yang dimaksud adalah memiliki sasaran sehingga terbentuknya integritas materi yang didapat, dengan validitas dikehidupan real, jika menemukan persoalan itu merupakan fungsi ilmu, untuk diimplementsikan, memberi solusi pada permasalahan dalam masyarakat.
penelitian atau pengkajian wajib menjadi tempat untuk mahasiswa yang memahami segala desas-desus dan problem, dan memberi jalan pintas dengan data dan fakta hasil pengkajian atau penelitian yang ditemukan. Hubungan antara Pendidikan kewarganegaraan, mengiptimalisasikan pengkajian yang diinginkan  yakni terbentuknya mahasiswa yang solutif atau dapat memecahkan masalah.
Pemahaman yang bijaksana menjadikan mahasiswa tidak terpaku pada kebutuhan politik sejenak, terlebih mau menuangkan pemikirannya berpaut dengan partai politik. penelitian atau pengkajian hakikatnya penggunaan data untuk menyelesaikan problem sosial, ini merupakan fungsi mahasiswa sebagai penghubung suara rakyat dalam menyelesaikan problem.
Ketiga, fungsi memaksimalkan mahasiswa berwujud pengabdian Tri Dharma Perguruan tinggi, kolaborasi sosial yang hanya dilakukan dalam lingkungan sekolah. Jangkauannya sangat sempit bila mahasiswa hanya mendapatkan Pendidikan hanya dilingkungan, dikendalikan oleh alama, peluang yang besar, untuk mahasiswa aktif, materi keilmuwan dapat diimplemetasikan dengan bentuk pengabdian kepada masyarakat luar sehingga skill mahasiswa menjadi matang.
Sasaran dalam pengabdian kepada masyarakat hakikatnya ialah membina para mahasiswa yang sudah cakap dalam berkomunikasi, bersosial, terlebih sebagai pemimpin yang bisa merubah sosial menjadi lebih baik. ilmu yang tidak bisa ditemukan didalam kelas, suatu saat nanti mahasiswa akan Kembali pada wilayah masyarakat, dengan itu, persiapan seperti ini sangat diperlukan, agar terbentuknya karakter leadership.
bila fungsi Pendidikan dan penelitian sudah maksimal dalam aplikasinya, maka hasil dari ini adalah mewujudkan melalui pengabdian pada masyarakat. fungsi pendidikan sebagai perubahan nilai-nilai ilmiah membentuk pengajaran yang sudah matang, matang secara keilmuwan maupun matang secara aplikatif, seperti penetapan ketentuan.
Setelah Pendidikan, lahir fungsi yang semakin rumit, yaitu pengkajian. Sikap bijaksana mahasiswa ketika mengukur, mempertimbangkan isu atau problem dengan bijak, diharapkannya agar hasil dari pengkajian tersebut dapat memberi jawaban segala problem yang ada, semua berdasarkan data, ini merupakan dasar dari kritis dan solutif.
tingkatan akhir Tri Dharma pada dunia perkuliahan  disebut dengan hasil kolaborasi edukasi dan pengkajian, maka semua pengabdian bentuk apapun didasari dengan Pendidikan peneliti. mahasiswa merupaka benang, penggerak dalam perubahan sosial.
Poin dari pengabdian adalah wadah menuangkan diri demi kesejahteraan masyarakat, aplikatif teori, media, rantai masyarakat bersama memimpin kebijakan dan membuat program dengan tujuan terwujudnya hal-hal yang lebih positif dan kerja menegapkan masyarakat yang kuantitatif, dan sesuai dengan problem.
Pada kondisi ini kita menyadari misi yang dipikul adalah menjadi pintar dan menjadi warga negara yang baik sebagai sarana untuk merealisasikan kepekaan untuk persoalan sosial untuk membentuk perilaku beserta akuntabilitas warga negara yang baik.Â
Jika dihubungkan dengan Tri Dharma perkuliahan yang mempunyai rencana kedepannya untuk membentuk homo educandum dalam bersekolah, thingking dalam pengkajian dan pengorbanan. Jika terencana dan terkolaborasi, maka akan terbentuknya mahasiswa sebagai warga negara yang baik dan cerdas tak hanya hanya khayalan semata.
Karena khalil gibran pernah berkata "teruslah melakukan kebaikan, bertutur baik, kritisi semua yang buruk, meskipun tak banyak orang mengenalimu, tapi kebaikan dan kebajikan yang kita perbuat, yang akan membimbing pada kepuasan, dan akan terkenang oleh mereka yang kita tinggalkan". Hidup Mahasiswa!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H