Sangat berbeda dengan pendapat saya tadi.
Lalu kenapa saya lakukan ini ? bukan karena saya merasa lebih pintar dari ulama atau si ahli tafsir, namun bila kata bantu tersebut dipakai, maka hal aneh yang akan muncul dipikiran. Seolah perintah itu bermaksud agar kita saling merapat/menempel tanpa celah sedikitpun dalam sholat supaya setan tidak bisa masuk atau melewati shaf. Kan begitu jadinya ?
Bila hadits itu benar2 mesti dipahami dengan kata bantu, maka pertanyaan saya hanya satu. Ngapain setan mau nyusup-nyusup dari celah shaf… ? Emang begitu apa kode etik si setan dalam kerja ?
Sudah sangat jelas dalam Al Quran, bagaimana cara setan mengganggu manusia.
“Iblis menjawab : “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan menghalangi mereka dari jalan Engkau yang lurus. Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan belakang mereka, dari kanan dan kiri mereka dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).” (QS. Surat Al A’raf : 16 – 17)
Ayat itu jelas menerangkan bahwa iblis (bosnya setan) ngomong soal Standard Operational Precedures (SOP) yang resmi dipakai perusahaannya, atau cara mereka dalam bekerja yakni mengganggu dari depan, belakang, kiri dan kanan. Dan dia ngomong jujur pastinya, gila kalau iblis berani bohong di depan Allah.
Jadi meskipun bahu rapat tertempel, toh bagian lainnya tidak. Setan masih dapat mengganggu dari depan dan belakang tubuh, serta dari kiri dan kanan muka, pinggang, paha, betis, dan kaki yang terbuka lebar.
Jadi apa gunanya saling tempel menempel bahu ? Itu cuma bikin susah gerak saja pas sholat.
Masih gak mau terima ? Itu Al Quran bos, hebat banget kl ente berani meragukan Al Quran, Allah sudah ngomong sebegitu jelasnya, dan Allah juga berjanji memelihara omongannya (Al Quran). Tidak seperti hadits.
Kalau di Al Quran sudah sebegitu jelasnya, ngapain ngeributin hadits ? apalagi perkataan ulama yang jelas-jelas bukan Nabi begitu.
Tidak ada jaminan Allah bahwa Dia akan memelihara hadits. (makanya Islam di Indonesia ini banyak bergolongan umumnya karena perbedaan pemahaman makna Hadits, sadarilah itu).