Ia hanya berkata pelan “Tolong jawaban atas pertanyaan kedua”
Jawaban Kedua
Si pemuda dengan tenang melanjutkan : “Pertanyaan kedua pun akan saya jawab dengan ilmu yang Tuan kuasai. Apakah tuan mengerti proses perkembangan bayi didalam kandungan? Apakah tuan tahu bagaimana bayi tersebut dapat tumbuh menjadi tubuh yang lengkap? Dan bagaimana ia tetap hidup sedang ia belum dapat makan karena mulutnya belum terbentuk”
Sang Ilmuwan kembali menjawab : “Tentu saja saya tahu, bayi mendapatkan makanan dari ibunya sehingga ia dapat tumbuh, makanan didapatnya dari tali pusar yang terhubung ke ibunya”
Si pemuda tersenyum, dan berkata : “Berarti kita sepakat bahwa bayi pun selalu makan dan minum meski d idalam kandungan, lalu kenapa bayi tidak buang air?”
Untuk kedua kalinya sang Ilmuwan tersentak.
Si pemuda melanjutkan lagi : “Bila tuan dapat meyakini bahwa bayi tidak pernah buang air meski makan dan minum selama 9 bulan, lalu apa sulitnya Tuan meyakini bahwa manusia di surga kelak pun bisa begitu?”
Lagi-lagi sang Ilmuwan terdiam, bingung harus berkata apa. Ternyata apa yang belum dipahaminya selama ini memiliki persamaan yang sangat berdekatan dengan apa yang telah diyakininya atas ilmunya sendiri.
Jawaban Ketiga
Melihat sang Ilmuwan termenung, si pemuda mendekatinya sambil berkata “Bolehkah saya melanjutkan ke pertanyaan terakhir Tuan?”
Sang Ilmuwan menatap mata si pemuda, ada sebuah titik terang yang muncul di kepalanya, dengan tersenyum dia menjawab : “Silahkan wahai pemuda yang cerdas”
Si pemuda membalas dengan tersenyum pula, dan tiba-tiba tangan si pemuda bergerak dengan cepat menampar pipi sang Ilmuwan yang ada di hadapannya.
Ilmuwan itu terkejut sekali, dan untuk kedua kalinya tamparan si pemuda mendarat lebih keras di pipinya. Semua jemaah majelis ilmu yang hadir disanapun terperanjat dengan tingkah pemuda itu. Suasana menjadi gaduh.