Raya mengangguk mengerti. Pertanyaan lain keluar dari mulut Raya, "Bunda, Ayam Lado Hijau Koto Gadang kan sudah lama ada. Tapi kenapa masih ada sampai sekarang? Ya.. sekarang kan sudah banyak makanan yang lebih modern dari negara lain. Seperti, hamburger, pizza, dan sushi. Tapi kenapa masih ada yang suka masakan tradisional seperti Ayam Lado Hijau Koto Gadang?"
Bunda tersenyum, "Karena Ayam Lado Hijau Koto Gadang rasanya sangat enak. Tidak akan tergantikan oleh makanan luar yang bentuknya aneh-aneh. Selain itu, Ayam Lado Hijau Koto Gadang bahan-bahannya sangat mudah dicari di pasar dengan harga terjangkau." Jelas bunda
Raya lagi-lagi mengangguk. "Memangnya pahlawan dari Koto Gadang siapa sih Bunda?" Tanya Raya.
"Salah satunya yang bunda tahu, namanya Rohana Kudus. Dia lahir di Koto Gadang, Bukittinggi. Jasanya sangat banyak. Diantaranya mendirikan surat kabar Soenting Melajoe, yang merupakan surat kabar pertama yang didirikan dan dikelola oleh perempuan di Indonesia, menjadi jurnalis yang mengangkat derajat kedudukan perempuan, dan menjadi pejuang emansipasi wanita. Dia juga menjadi sahabat pena RA Kartini.
"Woaaahh hebat ya, Bunda. Raya juga mau menjadi seperti Rohana Kudus." Ucap Raya.
Bunda tersenyum. "Insyaallah.."
Lagi asyik-asyiknya mengobrol, cabe hijau yang ada di dalam kuali sudah menyusut. Bunda pun memasukkan 500 ml santan ke dalam kuali, lalu mengaduknya pelan. Bunda mendiamkannya beberapa menit sambil sesekali diaduk.
Setelah santan mengeluarkan minyak, bunda mematikan kompor dan menyalin ayam lado hijau koto gadang ke dalam wadah.
Raya mencium aroma Ayam Lado Hijau Koto Gadang. Refleks, ia berkata, "Harum Bunda."
Bunda tersenyum, "Kalau nanti bunda minta bikin kan ayam lado hijau koto gadang, kamu yang bikin ya, kan udah bunda ajarin." Ucap bunda.
"Oke bunda." Raya mengangguk senang.